Hello guys, maaf banget udah lama enggak nge-blog. Maklum rintangan-rintangan para mahasiswa tingkat akhir yang enggak berhenti-berhenti ya (Baca: Skripsweet) dan juga jadwal ngajar yang cukup padat sehingga blog ini terbengkalai. It's okay, so let's begin with new chapter.
Jadi, kali ini aku mau cerita tentang pengalaman pertamaku melamar kerja di English First. Awalnya, aku menemukannya di aplikasi jobs.id dan juga jobsdb.com (Aku sarankan jobsdb.com karena lebih spesifik kategorinya dan layout websitenya jelas dan enak dilihat). Lalu, alasanku melamar English First itu karena:
1. Native speaker (penutur asli): siapa sih yang enggak mau bisa fasih dan ngobrol pakai bahasa Inggris? Salah satunya adalah bicara dengan native speaker atau penutur asli. Dengan begitu, mau engga mau kita harus ngomong bahasa Inggris kan? Secara langsung, kita bisa mengasah kemampuan speaking skill kita.
2. Relasi: Ibarat menyelam sambil minum air. Setelah cas cis cus sana-sini, pasti dapet dong tuh yang namanya relasi. Dan bagusnya lagi, relasi engga cuma lokal aja tapi juga manca negara. Setelah baca beberapa blog lain, English First ini mendatangkan guru dari UK, Amerika, Kanada dan masih banyak lagi.
3. Penerapan teori mengajar: bagi kalian yang kuliah di pendidikan, pasti kalian dapet dong yang namanya tuh macem-macem cara pengajaran. Nah, kalau di kampus teorinya, kalau di EF simulasinya secara real.
4. Mencari pengalaman: jiwa-jiwa muda hanya datang sekali seumur hidup. Maka carilah pengalaman baru dan unik sebanyak-banyaknya, kawan hehe.
Karena merasa cocok, akhirnya aku memutuskan untuk melamar English First di Tebet via email. Dokumen lamaran yang diperlukan:
1. Cover Letter
2. CV
3. Foto terbaru
4. Transkrip Nilai
5. KTP
6. Skor IELTS/TOEFL (jika ada)
7. Sertifikat berprestasi (jika ada)
Esoknya, Alhamdulillah dapet panggilan untuk tes di Tangerang jam 10 pagi. Sayangnya, karena sibuk mengurus sidang skripsi, aku baru membacanya jam 10 pagi itu juga. Jangan tanya rasanya gimana, ketika pekerjaan yang kalian idam-idamkan, tes kerja aja kelewat. Alhasil, setelah berdiskusi dengan ibu dan sahabatku, akhirnya aku memberanikan diri untuk membalas email yang berisi meminta kesempatan tes lagi di ke eseokan harinya. Dan di hari itu juga pihak EF memberikan kesempatan itu. Alhamdulillah.
Hampir semalaman, aku membaca jenis-jenis tes yang akan diuji di EF. Bahkan, aku hanya bisa tidur 3 jam dan paginya lanjut membaca lagi. Karena baru pertama kali, aku hampir lupa mempersiapkan berkas-berkas lamaran dan yang paling parah headset (disuruh bawa untuk tes listening) engga ada dan harus mampir beli. Jam 8 pagi, langsung ke tempat fotokopi dan konter hp. Harap-harap cemas, takut terlambat karena jarak rumah (Jakarta Timur) ke Tangerang memakan waktu sekitar 1 jam tanpa macet. Setelah pesan grab car, akhirnya mobil datang dan berangkat sekitar jam 8.45 pagi. Di perjalanan, aku berusaha mengurangi tekanan dan kecemasanku dengan cara mengobrol dengan supir grab yang terlihat sudah paruh baya. Tak terasa karena asik mengobrol, jam 9.30 sudah sampai tujuan. Alhamdulillah, enggak telat.
Saat sampai tujuan, ruangan masih sepi. Baru beberapa orang yang datang dan mereka juga satu lift denganku. Hanya ada satu perempuan dan dua laki-laki saat itu. Aku duduk di bangku yang sama dengan perempuan itu dan ada satu laki-laki yang tiba-tiba datang duduk di antara kami. Kami sibuk memainkan gawai kami. Enggak ada satupun yang bicara, hingga pada akhirnya aku yang memulai pembicaraan karena lagi-lagi ingin mengurangi rasa cemas dan grogi. Laki-laki itu namanya Ka Kevin, dia bekerja sebagai orang yang mengatur dan memerhatikan barang-barang dari luar negeri dan juga dalam negeri. Mendengarkan cerita tentang pekerjaannya yang bisa dibilang aneh dari yang lain membuatku lupa dengan kecemasanku. Dan kebetulan, aku juga lagi memesan barang dari luar negeri (Album Cpop). Eh engga taunya, dia ternyata anak Kpop dan juga K-drama. Makin nyambung dan seru kita ngobrol. Sayangnya, saat kita asik ngobrol, salah satu HRD menyuruh kami masuk ke salah satu ruangan. Kita duduk terpisah karena Ka Kevin melamar sebagai Counselor sedangkan aku sebagai Teacher. Karena berbeda, akhirnya dari awal sampe akhir kita sibuk dengan tes kami masing-masing sampe lupa meminta kontaknya. (padahal lumayan kan, nambah relasi)
Kembali ke cerita utama! Yang pertama, kita disuruh menulis profil kita di lembar form yang telah disediakan. Di form itu juga ditanya tentang keluarga kita, riwayat pekerjaan kita, pertanyan-pertanyaan tentang seputar pengajaran, ekspektasi gaji kita di EF, part time or full time dan cabang pilihan yang kita pilih di EF. Setelah itu, dilanjutkan tes yang real-nya
Tes terbagi menjadi 7 (cukup menguras tenaga dan otak):
1. Tes Gambar
2. Tes Deret Angka
3. Tes Reading
4. Tes Listening
5. Tes Pengajaran
6. Tes RPP
7. Tes Writing
Untuk lebih rincinya seperti dibawah ini:
1.Tes Gambar
Terdapat empat gambar yang berkesinambungan di setiap soal. Disini kalian diminta untuk meneruskan gambar selanjutnya. Kurang lebih soalnya seperti dibawah ini, namun tanpa ada pilihan jawaban.
2. Tes Deret Angka
Tes yang paling menyebalkan menurutku, karena waktu yang sempit dan soal yang lumayan banyak, kita dituntut bisa menyelesaikan dua deret angka selanjutnya setiap masing-masing soal. Jika jawabannya terbalik maka jawaban dua-duanya salah dan jika dikosongkan maka juga salah. Udah kayak Raisa yang judulnya Serba Salah hehe.
3. Tes Reading
Siapa yang masih ngeremehin Reading? Kalo ada yang masih ngeremehin, buang jauh-jauh itu. Tes Reading ini jawabannya memang ada sih di teksnya, tapi kalian akan dipertemukan dengan pertanyaan yang menyebalkan, dimana kemampuan tingkat paraphrase kalian diuji. Di tes ini kalian hanya diberi waktu 30 menit yang berisi 4 teks soal yang panjang kayak kereta api dan setiap satu teks berisi 5 soal. Dari 5 soal tersebut, terdapat 4 soal yang meminta kalian memilih dua jawaban yang benar.Tingkat kosa katanya bisa dibilang sedikit diatas IELTS, karena IELTS yang pernah aku pelajari, enggak separah soalnya seperti tes ini.
4. Tes Listening
Tes listening disini agak manusiawi karena rekaman bisa diulang dua kali, tapi lagi-lagi waktu hanya diberikan 30 menit dengan 20 soal. Ada 4 rekaman yang masing-masing berdurasi sekitar 3-8 menit dan setiap rekaman terdapat 5 soal yang lagi lagi kita harus memilih 2 jawaban yang benar.
5. Tes Pengajaran
Isi dari tes pengajaran ini berisi tentang scaffolding, silabus, rpp, dan masih banyak lagi. Bentuk soal berupa pilihan ganda dan menjodohkan. Total keseluruhan tes ini adalah 100 soal.
6. Tes RPP
Disini kalian diminta membuat RPP dengan tema penggunaan 'used to' untuk anak-anak dalam 1 jam kedepan. Kalau kalian punya basic di bidang pendidikan, ini terlihat mudah. Buatlah kegiatan di kelas yang mengasyikkan, kreatif dan enggak monoton.
7. Tes Writing
Writing adalah salah satu skill yang paling horror dari yang lain. Why? Karena menulis yang bagus dan berbobot enggak semudah membalikkan telapak tangan. Ada banyak aspek-aspek yang perlu diperhatikan seperti kosa kata, grammar, konsistensi antara ide dan kalimat pendukung, bagaimana membuat tulisan itu flowing atau berkesinambungan antara paragraf satu dengan yang lainnya, dan masih banyak lagi. Hanya ada satu solusi agar kalian sukses menulis yaitu perbanyak latihan menulis.
Setelah mual di hujani dengan banyak tes, kami menunggu pengumuman yang lolos untuk interview. Alhamdulillah, dari lima orang yang datang melamar kerja, 4 orang lolos. Satu persatu kami pun di interview di dalam ruangan berkaca. Kami bisa melihat betapa juteknya HRD yang menginterview kami. Tiba saatnya aku di interview. Sayangnya, speaking ku tiba-tiba amburadul (berbeda sekali saat aku berbicara dengan staff bule di salah satu universitas Australia). Pertanyaannya seputar apa yang kita tulis di form awal sebelum tes. Aku berusaha menjelaskan apa yang ingin aku sampaikan dan apa yang aku pikirkan terkait dengan apa yang ku tulis. Yang paling berkesan dari interview ini adalah ketika HRD menawariku bekerja part time di kelas anak-anak. Sayangnya, sepertinya aku tidak memenuhi kualifikasi setelah beberapa minggu kemudian. Ya sudahlah, tak masalah. Pengalaman ini akan menjadi tolak ukur dimana kemampuan bahasa Inggris ku sekarang dan ternyata masih sangat sangat sangat jauh dari ekspektasiku.
Hikmah di balik semua ini? Dapet relasi dong, aku berkenalan dengan tiga laki-laki yang mempunyai background berbeda-beda dan banyak informasi yang aku gali dari mereka. Oiya, salah satu diantara kami ada yang keterima di EF, namanya Ka Rifqi. Wajar sih, tes reading dan listening dia 2 kali lipat lebih tinggi dari kami dan dia juga sudah mengambil tes IELTS sebelumnya. Kontrak kerja per tahun dan full time ngajar. Kalo masalah gaji, engga berani nanya karena menurutku itu informasi pribadi. Mungkin, dari dia aku bisa menemukan gambaran seperti apa sih kerja disana, sambil memperbaiki kekurangan yang aku miliki sekarang.
Ada yang menarik saat aku pulang dari EF, supir grab bilang begini
kepadaku "jangan nyari kerja berpenghasilan tetap, tapi tetap
berpenghasilan." Aku cuma nyegir setuju, karena secara engga langsung
itu membandingkan antara bekerja digaji dan bekerja wiraswasta. Tentulah
wiraswasta yang setiap hari tetap berpenghasilan lebih banyak
pendapatannya. Namun, karena aku masih fresh graduate, aku masih
mengedepankan pengalaman. Barulah jika dirasa pengalaman sudah cukup, aku bisa
membangun usaha sendiri.
That's all, ini pengalaman pertamaku melamar kerja. Cukup menegangkan dan menarik, semoga ke depannya bisa lebih menunjukkan sisi terbaikku saat melamar kerja selanjutnya. Aamiin.
Untuk yang belum keterima kerja, jangan pantang menyerah. Terus perbaiki diri yang masih kurang! And keep developing!