Source: link |
Dari awal kelas dimulai hingga selesai, interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa full bahasa inggris. Enggak ada satu kata patahpun bahasa Indonesia yang keluar. Bagusnya, anak-anak sangat antusias, enjoy dan fokus saat belajar karena diselingi dengan games yang melatih kinestetik anak. Uh, aku masih ingat ada salah satu anak yang selalu menjatuhkan kotak pensilnya berkali-kali di depanku. Refleks aku bilang "jatuh lagi" aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku haha. Malu banget ngomong bahasa ibu sendiri, untung anak-nya ga ngeh dan gurunya juga wkwk. Syukurlah hahaha.
Setelah aku menulis poin poin penting ketika proses pembelajaran berlangsung, aku kembali lagi ke English First untuk melakukan Demo Teaching. Tentu saja, aku harus menyiapkan lesson plan, handout dan keperluan mengajar lainnya. Cukup buat aku mual di pagi hari karena this is for the first time. So, I carried on what I could do until I forgot what I was worried about. Let me tell you what I've got here when I was on demo training. There are 6 teachers, and one of them is an old foreigner (Oh my god, I was quite nervous, he must be already mastered English). Dan ke enam guru itu berakting seolah-olah anak 6 tahun sampai 9 tahun. Ada yang berakting sombong, ada juga yang berakting anak yang kurang motivasi dan juga makan dan minum seenaknya. Untung aja aku udah biasa nemu siswa kayak gitu (bahkan nemu ada yang lebih parah daripada ini). Yaa jadi aku bertindak tegas lah, kalau salah ya salah. Uhm, to be honest, proses mengajarku lumayan berantakan, my English so bad really, especially the pronunciation. Karena enggak biasa mengajar dalam bahasa Inggris. From now on, I will try to teach in English more, then! Walaupun mungkin awalnya siswaku menolak habis-habisan haha. Tapi aku yakin mereka pasti akan paham sendiri. Karena bahasa adalah kebiasaan, so get ready my students! Masak kita kalah sih sama anak yang lebih muda daripada kita? We learn English not to answer questions on sheet, we learn English to speak up, to give and get information like we use native language! There's no have to worry to speak, although you always meet mistake. At least, you have tried, right? And make improvement. That's better than still using native language.
After I finished my demo teaching, they discussed it for around 10 minutes. Then, mereka memberitahuku positif dan negatif ku saat mengajarku tadi. Seperti yang kuduga, speaking-ku masih banyak yang harus diperbaiki, tapi untuk kegiatan mengajarnya sudah oke. Ahh aku jadi inget hasil tes yang EF terakhir kali dengan saat ini. Naik 2 point cuy haha, lambat banget ya haha. It's okay, nanti aku bisa ambil les IELTS saat pendaftaran sudah dibuka. Karena belajar sendiri enggak efektif, enggak ada yang bisa diajak bertukar pikiran atau sekedar menantang kemampuan satu sama lain. I hope I meet somebody who encourages me to improve my speaking there.
Kali ini ekspektasiku enggak muluk-muluk lah ya, kalau diterima Alhamdulillah, kalu enggak juga enggak apa-apa. Kenapa? Karena English First ini jadwalnya terlalu padat, setiap hari Senin-Sabtu harus kerja dari jam 1 siang sampai jam 8 malam, kecuali hari sabtu mula dari jam 10 pagi. HRD memberitahu padaku bahwa jadi guru di English First ini enggak cuma ngajar doang dan juga proses administrasi yang bisa dibillang banyak. Duh, ini sama aja kayak sekolah formal dong ya. Plus, kemungkinan tekanan disana juga lebih banyak. So, setiap tempat les pasti ada plus-minusnya juga sih. Yahh, nikmatin aja lah ya kesempatan emas ini dan prosesnya. Makasih banyak buat guru-guru dan karyawan disana yang welcome dan baik-baik disana.
0 komentar:
Posting Komentar