Sabtu, 11 Juli 2020

Tips Menghadapi Quarter Life Crisis di umur 1/4 Abad

Hari ini aku duduk di meja kerja ku, menunggu pendaftaran tempat les yang ku dirikan 2 tahun lalu. Tak sengaja membaca tulisan blogku setahun lalu. Setelah beberapa tahun lalu menghadapi banyak tantangan hidup menghadapi Quarter Life Crisis. Dari soal pekerjaan, tuntutan pernikahan, dan pertemanan bener-bener semua jadi satu sampai-sampai bener-bener kehilangan arah dan gak tau harus melakukan apa dan gimana caranya menghadapi apa yang harus kuhadapi. Serba salah dan nge-stuck. Alhamdulillah, tahun ini jauh lebih baik. Dari mulai gila baca buku-buku self-improvement (awal-awal hampir tiap bulan pasti beli buku hehe), menulis diary, dan melanjutkan meraih mimpi gilaku haha.

Then, TaaDaa I found myself again. Ke-bodo amat-an ku kembali lagi, yippie. Sekarang, jauh lebih tenang dan menikmati hidup dalam berproses setiap detiknya. Melakukan sesuatu sendiri jadi gak masalah buatku, melakukan sesuatu bersama teman-teman juga sama senangnya.

Disini bodo amat bukan berarti gak peduli atau cuek banget ya, lebih ke tau batasan hidup, dan tau mana yang bisa dikendalikan dan mana yang tidak. Maksudnya? Akan kujabarkan di poin-poin bawah ini ya sekaligus memberikan tips-tips gimana sih caranya menghadapi Quarte Life Crisis

1) Turn Down Your Expectation

https://scontent-xsp1-2.xx.fbcdn.net/v/t1.0-9/53421339_1023429967849853_6730401215269568512_o.jpg?_nc_cat=107&_nc_sid=9267fe&_nc_ohc=TObDP_OhN-gAX9anCKM&_nc_ht=scontent-xsp1-2.xx&oh=b5ee855ffbceee179923888296bc0d7c&oe=5F2DDB8D
Source: link

"Life without expectation is safe and sound, you will be grateful what God give to you. Every single day feels like a surprise gift."
Turunkan ekspektasimu, serius yang membuat kita kecewa bukan karena kita ditolak kerja di perusahaan yang diidamkan, pasangan gak seromantis kayak di drama korea, atau temen gak memahami kita, tapi kita kecewa karena ekspektasi kita yang terlalu tinggi. Berharap apa yang kita bayangkan bisa terjadi di dunia nyata. Faktanya: seringnya sih gak sesuai ekspektasi, yang akhirnya kita lebih fokus kecewa ketimbang menghargai usaha diri kita sendiri atau orang lain.

Sadar gak sadar ini bisa menjadi racun gak cuma kamu doang yang kena tapi orang lain bisa kena dampaknya juga. Ingat, kamu juga manusia, orang lain juga sama-sama masih manusia. Pasti ada kalanya secara sengaja atau gak sengaja kita pernah membuat orang lain kecewa. Jadi maafkanlah dirimu yang membuat ekspektasi terlalu tinggi dan mereka yang pernah membuatmu kecewa. Hidup juga tidak selalu sesuai keinginanmu dan berputar di dirimu saja. Ada kalanya kamu harus menerima dan bersabar dengan kenyataannya.

2) People are Temporary

https://66.media.tumblr.com/7feeae33069257852476b4a7e2d8eb51/tumblr_pb6m5d2ncA1s02iuco1_1280.jpg
Source : Link

"People easy come and easy go, and this is normal. One thing you should know: don't depend on people but depend on yourself and God. So when people leave you, you still have yourself and God that always beside you."

Dulu pasti kita punya seseorang yang membuat kita merasa nyaman entah teman atau pacar (eaa) eh tapi sekarang boro-boro lah kalau diajak ngobrol nyambung dan jadinya malah gak nyaman, eh atau malah lost contact? Harapanmu saat itu adalah "semoga aku dan dia bisa ke pelaminan dan bahagia hingga akhir hayat." atau "semoga pertemanan ini langgeng sampai kita tua nanti."

Faktanya: tiba-tiba ditengah jalan putus, atau merasa dia udah beda tidak seperti yang duluuu uwooo wkwk. Kalau di pertemanan, tiba-tiba lost contact aja karena terlampau sibuk dengan kerjaanya atau jalan hidupnya yang diambil udah beda sama kamu.

Well, menurutku ini sih hal yang wajar. Hidup terus berlanjut, dan setiap insan di dunia ini terus berkembang dari waktu ke waktu. Dan yang paling pasti adalah hati manusia sangat mudah dibolak-balikan hatinya. Jadi wajar kalau hari ini merasa nyaman, eh tahun depan udah beda lagi ceritanya.

Merasa kehilangan pun juga normal dan wajar, tapi jangan sampai dirimu tersesat hanya karena ingin membuat orang lain tetap tinggal di hidupmu, sehingga kamu cenderung bergantung kepada mereka. Karena gak semua orang akan terus satu jalan sama kamu, relakanlah mereka pergi jika mereka memilih pergi. (Tsaahhh)

3) Understand What You Can and Can't Control

https://scontent-xsp1-2.xx.fbcdn.net/v/t1.0-9/56162070_2297705643620180_3911512035992535040_n.jpg?_nc_cat=104&_nc_sid=9267fe&_nc_ohc=x5lfxigFqDsAX9J5UPs&_nc_ht=scontent-xsp1-2.xx&oh=5093b12c487f18ecd0fe1468195ed3d6&oe=5F2FA1BE
Source: Link

 "By knowing what you CAN and CANNOT control, you can see the world differently."

Pahami apa saja yang bisa kamu kendalikan dan yang tidak bisa kamu kendalikan. Aku pun baru sadar setelah baca beberapa buku self-improvement. Semua akar dari insecurity, merasa tertinggal, takut gagal, takut gak sukses, takut gak nikah-nikah, dan segala macam bentuk kekhawatiran yang umum di masa Quarter Life Crisis, adalah karena kita selalu kepikiran dengan hal-hal yang gak bisa kita kendalikan. Contoh sesuatu yang TIDAK bisa kita kendalikan:
  • Virus Corona yang menular hampir ke seluruh penjuru dunia atau bencana alam yang diluar kendali dan kuasa kita
  • Sikap orang lain ke kita
  • Opini orang lain terhadap kita
  • Pilihan hidup orang lain
  • Menerima atau tidak nasehat yang kita berikan
  • Perasaan orang lain terhadap kita
  • Popularitas
  • Kesehatan
  • Kekayaan
  • Kondisi saat kita lahir seperti jenis kelamin, orang tua, keluarga, dll
Sedangkan, contoh sesuatu yang BISA kita kendalikan:
  • Opini atau persepsi kita
  • Keinginan kita
  • Tujuan kita
  • Pilihan hidup yang di ambil
  • Reaksi dan sikap kita
  • Usaha kita
  • Pikiran kita
  • Perasaan kita, dll
Misalnya nih, saat awal-awal virus corona pertama kali masuk ke Indonesia banyak sekali informasi dari sosial media. Sampai-sampai kita kewalahan menerima informasi dan buta mana berita yang hoax dan mana yang bener bener asli. Kita jadi overthinking, takut tertular virus satu ini. Padahal kalau terus dibawa pikiran, tidak baik untuk kekebalan tubuh kita. Kita gak bisa menyuruh media untuk stop berita virus Corona atau Corona-nya dilarang masuk ke Indonesia wkwk, tapi kita bisa melakukan apa yang bisa kita kendalikan dan lakukan seperti mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dan jaga jarak. Setidaknya ini menunjukkan usaha kita untuk mencegahnya, dan puasa sosial media jika diperlukan, agar gak terlalu overthinking. See? terlihat kan mana yang bisa dikendalikan dan mana yang tidak.

Contoh lain lagi, kita pasti pernah merasa tertinggal saat kita melihat teman-teman kita kelihatannya lebih sukses dan kaya daripada kita, udah lulus duluan daripada kita, udah menikah duluan daripada kita, atau udah punya anak duluan daripada kita, dan masih banyak lagii yang pada akhirnya kita lebih sering membandingkan hidup kita dengan orang lain ketimbang memperbaiki diri sendiri.

Dalem hati, "Kok hidup gue gini-gini aja ya?" Tenang bro and sis, lu gak sendiri dan ini wajar banget mengingat umur kita yang sudah berkepala 2 ini. Menurut pengamatan gue, kita ini udah terbiasa dari kecil secara gak sadar tertanam mindset umur 6 atau 7 tahun harus sudah masuk SD, umur 12-13 tahun sudah SMP, hingga kita kuliah. Semakin cepet lulus, semakin dipandang keren oleh orang-orang. Begitu juga saat mau menikah atau sukses, patokannya UMUR, semakin cepat semakin WOW dan semakin maju ke depan (macem kek motor H*nda hahaha). 

Realitanya: Apapun keputusan hidup yang kamu ambil punya resikonya masing-masing dan gak melulu cuma "agar aku bahagia, agar ortu bahagia, agar doi bahagia" Big NO NO NO. Kita sering tertipu dengan momen kebahagiaan orang lain di story orang-orang, dan membayangkan diri ini bisa bahagia kayak mereka. "Andai aku punya suami ganteng / istri cantik kayak dia pasti aku bahagia, Andai aku setajir dia pasti aku akan bahagia, Andai aku populer kayak dia pasti aku bla bla bla." Eh saking banyak mimpinya, lupa bangun dia wkwk. Kita jadi cenderung lebih siap menerima kebahagiaan yang semu ketimbang menerima resiko dan mempersiapkan diri untuk menghadapi resiko tersebut.

Misal nih ya, banyak cewek-cewek tuh tertipu dengan konsep pernikahan macem Cinderella yang endingnya "Dan akhirnya mereka hidup bahagia selamanya" lalu tamat. Yee kali, menikah selalu bahagia selamanya wkwk halu. Orang yang menikah cenderung menutup masalah pernikahan mereka dan hanya menunjukkan ke-uwu-an dan keromantisan mereka berdua di sosmed. Tapi saat diamati di dunia nyata, ya gak selalu begitu pasti ada kesalahpahaman lah, perbedaan pendapat lah, ego yang masih tinggi lah dan itu jauh lebih ribet daripada resiko saat masih bujangan. Masalah sama pasangan belom selesai, eh masalah mertua mengikuti wayoloo. Ya kali, elu nikah cuma mau menyatukan elu sama pasangan doang, pastinya elu juga kudu menyatu sama keluarga besar doi juga.

Makannya, daripada meratapinya, mending bersyukur deh masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri sendiri untuk bekal di masa depan nanti. Nah ini nih, salah satu yang bisa kita kendalikan, kita gak bisa nyuruh orang lain untuk STOP kegiatan mereka di storynya, atau kita gak bisa nyuruh society STOP nanyain "kapan lulus? kapan kerja? kapan nikah? kapan punya anak? Gak malu sama umur?". Itu semua benar-benar diluar kendali kita. Tapi kita bisa cari jalan keluarnya dengan cara membuat prinsip kehidupan kita sendiri, punya goals dan garis finishnya sendiri, tau apa saja yang sebenernya kita butuhkan, dan bagian diri kita yang mana yang bisa perbaiki. Terus tanya dirimu setiap kali membuat keputusan penting di dalam hidupmu itu.


Mudah ya kalau nulis ini wkwk, faktanya bener-bener harus sering dibanyakin latihan agar makin teguh pendiriannya dan gak gampang kebawa arus trend mindset-mindset yang menurutku kurang tepat dan bijak.

4) Let the Past Teach You a Lesson

https://i.pinimg.com/564x/c1/51/68/c151684842be59cd0be324b4a5e20d9f.jpg
Source : Link
"Whatever the past hurts you, it won't change anything EXCEPT you accept it and take the lesson from it, then move on and carry on your life."
Biarkanlah masa lalumu mengajarkanmu sebuah pelajaran, entah karena kesalahanmu atau kesalahan orang lain. Gak ada orang yang hidupnya selalu bahagia terus, gak ada. Pasti kita pernah disakiti atau menyakiti orang lain, pasti pernah. Saat kita disakiti orang lain rasanya ingin sekali balas dendam menyakiti orang itu juga, mengharapkan orang itu meminta maaf duluan, tapi giliran kita menyakiti orang lain, kita mengharapkan permintaan maaf kita diterima. Menyakiti dan disakiti benar-benar seperti lingkaran setan jika kita masih menaruh dendam ke orang lain dan jadi racun untuk diri sendiri jika tidak diselesaikan dengan baik-baik. Kebanyakan dari kita lebih senang melarikan diri karena itu jalan tercepat untuk menghindari konflik berkepanjangan, yang biasanya berujung dengan penyesalan atau dendam kesumat yang gak selesai-selesai.

Kalau artikel Psikologi yang pernah kubaca, maafkanlah dirimu dahulu dan maafkanlah mereka yang telah menyakitimu. Jika, hubunganmu dengan ortu, teman atau pasangan masih bisa diperbaiki, perbaikilah, Tapi jika tidak, cukup tau dan jaga sikap dan kendalikan reaksimu. Dendam hanya bikin kamu sakit bukan fisiknya tapi mentalnya yang lebih beresiko. Bermain cantiklah dengan fokus ke peningkatan value dan skill dirimu. Talk Less, Do More lah.

Ambil dan petik pelajarannya, buang rasa sakitnya pelan-pelan meskipun itu butuh waktu yang lama. Healing takes time and effort, so enjoy your process of healing. Saat kamu melihat masa lalumu nanti, kamu akan tersenyum bahwa kamu telah berhasil melewati masa masa sulit dan menyembuhkan luka dirimu sendiri tanpa harus menyakiti orang lain.

Semua tips ini berdasarkan pengalaman pribadi dan orang lain, solusinya kudapatkan dari membaca beberapa buku, diskusi dengan orang yang paham psikologi, dan artikel yang kubaca dari beberapa sumber. Aku sangat sangat menerima masukan atau koreksi dari tulisan ku ini yang masih jauh dari kata sempurna. Kalian bisa tulis komentar disini yaaa...

 Oh ya dua kalimat yang selalu aku ucapkan atau kutulis untuk diriku sendiri alias Self-Talk:
"Aku tidak bisa mengubah masa lalu, tapi aku bisa menemani mu menghadapinya."
"Aku tidak tau masa depanku seperti apa, tapi aku tau apa yang harus aku lakukan hari ini. Meskipun belum tentu menjamin kesuksesan, bukankah lega bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat hari ini?"
Share:

Followers

Search This Blog

Embun yang Dingin / Lautan Cinta

  Berikut ada 14 bagian masa-masa Lay Zhang bersama EXO: Panas yang Hebat / Pertama kalinya aku diatas panggung Akhir dari Panas / Api Embun...

Daily Blogger Pro Review Competition

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.