Tampilkan postingan dengan label Perspective. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perspective. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Juli 2020

Tips Menghadapi Quarter Life Crisis di umur 1/4 Abad

Hari ini aku duduk di meja kerja ku, menunggu pendaftaran tempat les yang ku dirikan 2 tahun lalu. Tak sengaja membaca tulisan blogku setahun lalu. Setelah beberapa tahun lalu menghadapi banyak tantangan hidup menghadapi Quarter Life Crisis. Dari soal pekerjaan, tuntutan pernikahan, dan pertemanan bener-bener semua jadi satu sampai-sampai bener-bener kehilangan arah dan gak tau harus melakukan apa dan gimana caranya menghadapi apa yang harus kuhadapi. Serba salah dan nge-stuck. Alhamdulillah, tahun ini jauh lebih baik. Dari mulai gila baca buku-buku self-improvement (awal-awal hampir tiap bulan pasti beli buku hehe), menulis diary, dan melanjutkan meraih mimpi gilaku haha.

Then, TaaDaa I found myself again. Ke-bodo amat-an ku kembali lagi, yippie. Sekarang, jauh lebih tenang dan menikmati hidup dalam berproses setiap detiknya. Melakukan sesuatu sendiri jadi gak masalah buatku, melakukan sesuatu bersama teman-teman juga sama senangnya.

Disini bodo amat bukan berarti gak peduli atau cuek banget ya, lebih ke tau batasan hidup, dan tau mana yang bisa dikendalikan dan mana yang tidak. Maksudnya? Akan kujabarkan di poin-poin bawah ini ya sekaligus memberikan tips-tips gimana sih caranya menghadapi Quarte Life Crisis

1) Turn Down Your Expectation

https://scontent-xsp1-2.xx.fbcdn.net/v/t1.0-9/53421339_1023429967849853_6730401215269568512_o.jpg?_nc_cat=107&_nc_sid=9267fe&_nc_ohc=TObDP_OhN-gAX9anCKM&_nc_ht=scontent-xsp1-2.xx&oh=b5ee855ffbceee179923888296bc0d7c&oe=5F2DDB8D
Source: link

"Life without expectation is safe and sound, you will be grateful what God give to you. Every single day feels like a surprise gift."
Turunkan ekspektasimu, serius yang membuat kita kecewa bukan karena kita ditolak kerja di perusahaan yang diidamkan, pasangan gak seromantis kayak di drama korea, atau temen gak memahami kita, tapi kita kecewa karena ekspektasi kita yang terlalu tinggi. Berharap apa yang kita bayangkan bisa terjadi di dunia nyata. Faktanya: seringnya sih gak sesuai ekspektasi, yang akhirnya kita lebih fokus kecewa ketimbang menghargai usaha diri kita sendiri atau orang lain.

Sadar gak sadar ini bisa menjadi racun gak cuma kamu doang yang kena tapi orang lain bisa kena dampaknya juga. Ingat, kamu juga manusia, orang lain juga sama-sama masih manusia. Pasti ada kalanya secara sengaja atau gak sengaja kita pernah membuat orang lain kecewa. Jadi maafkanlah dirimu yang membuat ekspektasi terlalu tinggi dan mereka yang pernah membuatmu kecewa. Hidup juga tidak selalu sesuai keinginanmu dan berputar di dirimu saja. Ada kalanya kamu harus menerima dan bersabar dengan kenyataannya.

2) People are Temporary

https://66.media.tumblr.com/7feeae33069257852476b4a7e2d8eb51/tumblr_pb6m5d2ncA1s02iuco1_1280.jpg
Source : Link

"People easy come and easy go, and this is normal. One thing you should know: don't depend on people but depend on yourself and God. So when people leave you, you still have yourself and God that always beside you."

Dulu pasti kita punya seseorang yang membuat kita merasa nyaman entah teman atau pacar (eaa) eh tapi sekarang boro-boro lah kalau diajak ngobrol nyambung dan jadinya malah gak nyaman, eh atau malah lost contact? Harapanmu saat itu adalah "semoga aku dan dia bisa ke pelaminan dan bahagia hingga akhir hayat." atau "semoga pertemanan ini langgeng sampai kita tua nanti."

Faktanya: tiba-tiba ditengah jalan putus, atau merasa dia udah beda tidak seperti yang duluuu uwooo wkwk. Kalau di pertemanan, tiba-tiba lost contact aja karena terlampau sibuk dengan kerjaanya atau jalan hidupnya yang diambil udah beda sama kamu.

Well, menurutku ini sih hal yang wajar. Hidup terus berlanjut, dan setiap insan di dunia ini terus berkembang dari waktu ke waktu. Dan yang paling pasti adalah hati manusia sangat mudah dibolak-balikan hatinya. Jadi wajar kalau hari ini merasa nyaman, eh tahun depan udah beda lagi ceritanya.

Merasa kehilangan pun juga normal dan wajar, tapi jangan sampai dirimu tersesat hanya karena ingin membuat orang lain tetap tinggal di hidupmu, sehingga kamu cenderung bergantung kepada mereka. Karena gak semua orang akan terus satu jalan sama kamu, relakanlah mereka pergi jika mereka memilih pergi. (Tsaahhh)

3) Understand What You Can and Can't Control

https://scontent-xsp1-2.xx.fbcdn.net/v/t1.0-9/56162070_2297705643620180_3911512035992535040_n.jpg?_nc_cat=104&_nc_sid=9267fe&_nc_ohc=x5lfxigFqDsAX9J5UPs&_nc_ht=scontent-xsp1-2.xx&oh=5093b12c487f18ecd0fe1468195ed3d6&oe=5F2FA1BE
Source: Link

 "By knowing what you CAN and CANNOT control, you can see the world differently."

Pahami apa saja yang bisa kamu kendalikan dan yang tidak bisa kamu kendalikan. Aku pun baru sadar setelah baca beberapa buku self-improvement. Semua akar dari insecurity, merasa tertinggal, takut gagal, takut gak sukses, takut gak nikah-nikah, dan segala macam bentuk kekhawatiran yang umum di masa Quarter Life Crisis, adalah karena kita selalu kepikiran dengan hal-hal yang gak bisa kita kendalikan. Contoh sesuatu yang TIDAK bisa kita kendalikan:
  • Virus Corona yang menular hampir ke seluruh penjuru dunia atau bencana alam yang diluar kendali dan kuasa kita
  • Sikap orang lain ke kita
  • Opini orang lain terhadap kita
  • Pilihan hidup orang lain
  • Menerima atau tidak nasehat yang kita berikan
  • Perasaan orang lain terhadap kita
  • Popularitas
  • Kesehatan
  • Kekayaan
  • Kondisi saat kita lahir seperti jenis kelamin, orang tua, keluarga, dll
Sedangkan, contoh sesuatu yang BISA kita kendalikan:
  • Opini atau persepsi kita
  • Keinginan kita
  • Tujuan kita
  • Pilihan hidup yang di ambil
  • Reaksi dan sikap kita
  • Usaha kita
  • Pikiran kita
  • Perasaan kita, dll
Misalnya nih, saat awal-awal virus corona pertama kali masuk ke Indonesia banyak sekali informasi dari sosial media. Sampai-sampai kita kewalahan menerima informasi dan buta mana berita yang hoax dan mana yang bener bener asli. Kita jadi overthinking, takut tertular virus satu ini. Padahal kalau terus dibawa pikiran, tidak baik untuk kekebalan tubuh kita. Kita gak bisa menyuruh media untuk stop berita virus Corona atau Corona-nya dilarang masuk ke Indonesia wkwk, tapi kita bisa melakukan apa yang bisa kita kendalikan dan lakukan seperti mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dan jaga jarak. Setidaknya ini menunjukkan usaha kita untuk mencegahnya, dan puasa sosial media jika diperlukan, agar gak terlalu overthinking. See? terlihat kan mana yang bisa dikendalikan dan mana yang tidak.

Contoh lain lagi, kita pasti pernah merasa tertinggal saat kita melihat teman-teman kita kelihatannya lebih sukses dan kaya daripada kita, udah lulus duluan daripada kita, udah menikah duluan daripada kita, atau udah punya anak duluan daripada kita, dan masih banyak lagii yang pada akhirnya kita lebih sering membandingkan hidup kita dengan orang lain ketimbang memperbaiki diri sendiri.

Dalem hati, "Kok hidup gue gini-gini aja ya?" Tenang bro and sis, lu gak sendiri dan ini wajar banget mengingat umur kita yang sudah berkepala 2 ini. Menurut pengamatan gue, kita ini udah terbiasa dari kecil secara gak sadar tertanam mindset umur 6 atau 7 tahun harus sudah masuk SD, umur 12-13 tahun sudah SMP, hingga kita kuliah. Semakin cepet lulus, semakin dipandang keren oleh orang-orang. Begitu juga saat mau menikah atau sukses, patokannya UMUR, semakin cepat semakin WOW dan semakin maju ke depan (macem kek motor H*nda hahaha). 

Realitanya: Apapun keputusan hidup yang kamu ambil punya resikonya masing-masing dan gak melulu cuma "agar aku bahagia, agar ortu bahagia, agar doi bahagia" Big NO NO NO. Kita sering tertipu dengan momen kebahagiaan orang lain di story orang-orang, dan membayangkan diri ini bisa bahagia kayak mereka. "Andai aku punya suami ganteng / istri cantik kayak dia pasti aku bahagia, Andai aku setajir dia pasti aku akan bahagia, Andai aku populer kayak dia pasti aku bla bla bla." Eh saking banyak mimpinya, lupa bangun dia wkwk. Kita jadi cenderung lebih siap menerima kebahagiaan yang semu ketimbang menerima resiko dan mempersiapkan diri untuk menghadapi resiko tersebut.

Misal nih ya, banyak cewek-cewek tuh tertipu dengan konsep pernikahan macem Cinderella yang endingnya "Dan akhirnya mereka hidup bahagia selamanya" lalu tamat. Yee kali, menikah selalu bahagia selamanya wkwk halu. Orang yang menikah cenderung menutup masalah pernikahan mereka dan hanya menunjukkan ke-uwu-an dan keromantisan mereka berdua di sosmed. Tapi saat diamati di dunia nyata, ya gak selalu begitu pasti ada kesalahpahaman lah, perbedaan pendapat lah, ego yang masih tinggi lah dan itu jauh lebih ribet daripada resiko saat masih bujangan. Masalah sama pasangan belom selesai, eh masalah mertua mengikuti wayoloo. Ya kali, elu nikah cuma mau menyatukan elu sama pasangan doang, pastinya elu juga kudu menyatu sama keluarga besar doi juga.

Makannya, daripada meratapinya, mending bersyukur deh masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri sendiri untuk bekal di masa depan nanti. Nah ini nih, salah satu yang bisa kita kendalikan, kita gak bisa nyuruh orang lain untuk STOP kegiatan mereka di storynya, atau kita gak bisa nyuruh society STOP nanyain "kapan lulus? kapan kerja? kapan nikah? kapan punya anak? Gak malu sama umur?". Itu semua benar-benar diluar kendali kita. Tapi kita bisa cari jalan keluarnya dengan cara membuat prinsip kehidupan kita sendiri, punya goals dan garis finishnya sendiri, tau apa saja yang sebenernya kita butuhkan, dan bagian diri kita yang mana yang bisa perbaiki. Terus tanya dirimu setiap kali membuat keputusan penting di dalam hidupmu itu.


Mudah ya kalau nulis ini wkwk, faktanya bener-bener harus sering dibanyakin latihan agar makin teguh pendiriannya dan gak gampang kebawa arus trend mindset-mindset yang menurutku kurang tepat dan bijak.

4) Let the Past Teach You a Lesson

https://i.pinimg.com/564x/c1/51/68/c151684842be59cd0be324b4a5e20d9f.jpg
Source : Link
"Whatever the past hurts you, it won't change anything EXCEPT you accept it and take the lesson from it, then move on and carry on your life."
Biarkanlah masa lalumu mengajarkanmu sebuah pelajaran, entah karena kesalahanmu atau kesalahan orang lain. Gak ada orang yang hidupnya selalu bahagia terus, gak ada. Pasti kita pernah disakiti atau menyakiti orang lain, pasti pernah. Saat kita disakiti orang lain rasanya ingin sekali balas dendam menyakiti orang itu juga, mengharapkan orang itu meminta maaf duluan, tapi giliran kita menyakiti orang lain, kita mengharapkan permintaan maaf kita diterima. Menyakiti dan disakiti benar-benar seperti lingkaran setan jika kita masih menaruh dendam ke orang lain dan jadi racun untuk diri sendiri jika tidak diselesaikan dengan baik-baik. Kebanyakan dari kita lebih senang melarikan diri karena itu jalan tercepat untuk menghindari konflik berkepanjangan, yang biasanya berujung dengan penyesalan atau dendam kesumat yang gak selesai-selesai.

Kalau artikel Psikologi yang pernah kubaca, maafkanlah dirimu dahulu dan maafkanlah mereka yang telah menyakitimu. Jika, hubunganmu dengan ortu, teman atau pasangan masih bisa diperbaiki, perbaikilah, Tapi jika tidak, cukup tau dan jaga sikap dan kendalikan reaksimu. Dendam hanya bikin kamu sakit bukan fisiknya tapi mentalnya yang lebih beresiko. Bermain cantiklah dengan fokus ke peningkatan value dan skill dirimu. Talk Less, Do More lah.

Ambil dan petik pelajarannya, buang rasa sakitnya pelan-pelan meskipun itu butuh waktu yang lama. Healing takes time and effort, so enjoy your process of healing. Saat kamu melihat masa lalumu nanti, kamu akan tersenyum bahwa kamu telah berhasil melewati masa masa sulit dan menyembuhkan luka dirimu sendiri tanpa harus menyakiti orang lain.

Semua tips ini berdasarkan pengalaman pribadi dan orang lain, solusinya kudapatkan dari membaca beberapa buku, diskusi dengan orang yang paham psikologi, dan artikel yang kubaca dari beberapa sumber. Aku sangat sangat menerima masukan atau koreksi dari tulisan ku ini yang masih jauh dari kata sempurna. Kalian bisa tulis komentar disini yaaa...

 Oh ya dua kalimat yang selalu aku ucapkan atau kutulis untuk diriku sendiri alias Self-Talk:
"Aku tidak bisa mengubah masa lalu, tapi aku bisa menemani mu menghadapinya."
"Aku tidak tau masa depanku seperti apa, tapi aku tau apa yang harus aku lakukan hari ini. Meskipun belum tentu menjamin kesuksesan, bukankah lega bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat hari ini?"
Share:

Sabtu, 20 Juli 2019

My New Chapter of Life

Source: freeimages.com
Sudah lama ya, tidak menulis di blog ini. Wah banyak sekali yang terjadi sebenarnya. Bahagia, senang, sedih, kecewa, stress semuanya jadi satu. Yeah, namanya juga hidup, tentu ada bumbu-bumbu MSG di setiap masalah yang dihadapi. Post kali ini adalah sebagai pengingat diriku sekaligus pelajaran untuk semua. Aku akan mengambil garis besar dari prosesku menjadi dewasa. Untuk diriku di masa depan, jika kau kehilangan arah lagi atau merasa benar-benar berada di bawah banget, baca baik-baik tulisan ini.

1) Popularitas apakah penentu kebahagiaan?
Source: stocksy.com
         Sebenarnya aku tidak pernah mengharapkan popularitas sama sekali. Cerita ini bermula ketika aku mendapatkan bayaran nge-sub dari teman Cina-ku. Karena merasa bermanfaat dan kebetulan aku lagi bucinnya nge-fans sama Zhang Yixing a.k.a Lay EXO (sampai sekarang pun masih suka stalker di Twitter haha), yaudah deh akhirnya aku menawarkan diri untuk membantu fans yang lain yang juga kebetulan fanspage favoritku, nge-sub salah satu acara yang dibintangi oleh Yixing. Kita berdua berusaha keras dari awal sampai akhir episode untuk nge-sub acara itu. Walaupun jauh dari kata sempurna, ternyata website besar Indonesia pun banyak yang asal comot hasil sub video kita. Dan, akun fanpage yang aku buat, ramainya bukan main. hp bunyi terus karena banyak DM masuk. Karena aku orangnya enggak biasa dapet DM sebanyak itu dan engga enakan juga kalau engga dibales, aku balesin aja satu-satu. Isi DM mereka emang bisa bikin senang atau engga kesel haha. Kebanyakan isinya adalah support dan juga tukang nagih minta di sub cepet-cepet. Belum juga harus berkutat dengan website yang asal nindih watermark hasil karya kami. Disitu aku punya banyak kenalan online dari berbagai daerah dan juga beberapa negara. Setahun megang akun fanpage itu, aku akhirnya nyerah. Kehidupanku yang sebelumnya lebih sepi dan damai, tiba-tiba super ramai menjadi terasa seperti aku kehilangan diriku yang sebenarnya. Aku kok ngerasa kayak lebih jadi ke attention seeker. Padahal dulu aku orangnya apa adanya, kalau engga suka yaudah bodo amatan gitu lah. Jadi tuh rasanya enggak enak, biasanya dapet berpuluh puluh pesan terus tiba-tiba mulai berkurang atau mengharapkan orang lain peduli nyatanya tidak sesuai harapan. Fix, pokoknya rasanya udah enggak sehat, ke bodo amat-an ku terkikis sudah wkwk. Daripada aku mengharapkan sesuatu yang tidak pasti dan merasa udah engga bermanfaat bagi orang lain, aku out dari fanpage ku sendiri haha. Aku pun kembali mencari diri ku yang bodo amat-an itu wkwk.
           Disini, aku bisa menarik kesimpulan bahwa aku memang tidak cocok dan tidak dilahirkan untuk sebuah popularitas. Agar sebuah popularitas terus eksis butuh usaha terus menerus, yang menurutku lebih condong untuk menyenangkan orang lain. Awalnya aku mengira membuat orang lain senang bisa menumbuhkan rasa bermanfaat di diri ini. Memang itu benar, tapi sayangnya aku tidak bahagia. Jadinya capek sendiri, dan aku tersadar menyenangkan semua orang bukanlah tugas ku.

2) Berdamai dengan diri sendiri dan juga love-hate friendship?
Source: pinimg.com
           Ini adalah cerita sebuah love-hate friendship yang menunjukkan seberapa ngeyel-nya aku untuk mempertahankan pertemanan ini haha. Jangan ditiru ya. Jadi intinya tuh, aku terlalu mengharapkan semuanya akan berjalan sama dari waktu ke waktu. Aku mungkin terlalu nyaman dan terlalu berharap akan terus bahagia dengan berteman seperti ini. Terlalu banyak kenangan indah dan berkesan yang pada akhirnya hanya akan membuatku kecewa karena semuanya sudah engga sama seperti dulu lagi. Dari rasa kecewa itulah, mungkin aku menyakiti temanku sendiri tanpa kusadari. Yeah, walaupun kita berusaha terus memperbaikinya namun tidak berhasil. Ujung-ujungnya kembali ke negative thinking lagi. Karena sama-sama enggak menemukan titik temu, kita pun jadi capek sendiri karena berusaha memahami dan mengerti. Aku pun dulu mengira beda pandangan itu udah biasa, dulu sama sahabatku aja gitu setelah itu baikan lagi. Tapi, yang ini emang beda deh. Mungkin, karena faktor umur, cara berfikirnya makin rumit dan juga masalah makin kompleks. 
            Dan lagi, aku disini kehilangan diriku lagi. Biasanya aku asik sendiri sama kesendirianku, kali ini aku jadi ingin selalu ditemani dan enggak mau sendirian. Ini perubahan yang enggak pernah kusangka sih. Jadi lebih cenderung terlalu bergantung kepada orang lain. Kalau enggak ditemani, rasa kesepian dan kesendirian itu benar-benar udah mengganggu. Akhirnya, karena merasa ada yang enggak beres, aku pun mulai berdamai dengan diri aku sendiri terlebih dahulu. Lebih menerima rasa kesepian dan sendiri ini sebagai waktu evaluasi diri dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Kalau baca satu kalimat ini tuh, keliatan mudah ya. Tapi, realitanya mah untuk keluar dari zona kelam ini benar-benar membutuhkan perjuangan ekstra. Untuk membangunkan jiwa ini yang sudah terlanjur lemah aja butuh support dari beberapa orang. Baru bisa kembali mendekatkan diri ke Tuhan. Disaat masa-masa krusial itu, sayangnya aku harus merelakan love-hate friendship ini. Aku menuliskan surat permintaan maaf dan terimakasih kepadanya karena ia susah ditemui. Pikiranku saat itu, aku harus membebaskan diriku dari rasa bersalah dahulu sebelum kesehatanku semakin memburuk. Terlepas, ia membacanya atau tidak, memaafkan aku atau tidak biar Allah saja yang urus. Setelah itu terlewati, aku merasa lebih damai dan menguat dari hari ke hari. Kesehatanku pun membaik, malah jadi doyan makan tapi tetap langsing wkwk (jangan ngiri ya haha). Aku enggak tau maksud dibalik semua kejadian ini, tapi aku yakin ada jawabannya di masa depan nanti. Yang pasti, sekarang aku mulai menemukan titik terangnya, sembari aku masih berusaha menyembuhkan diri sendiri. Perlahan tapi pasti, aku kembali ke diriku semula namun versi tahan banting dan lebih berani menghadapi masalah.

3) Tentang mimpi, lanjut atau tidak?

Source: ytmig.com
           Kegalauanku muncul melanjutkan mimpi gilaku ini atau tidak karena setelah aku mendapatkan beasiswa pelatihan guru dan bertemu teman dan pelatih dari berbagai negara membuatku sadar akan satu hal. Ketika aku kesulitan beradaptasi, sulit memahami pelajaran, atau benar-benar lagi di titik rendahnya, siapa yang mau menemaniku? Jujur, mereka baik banget, sering aku dibayarin jajan, mau berbagi pengalaman dan juga bertukar pikiran, tapi tetap saja something is missing. Aku bertanya pada diri aku sendiri, apa mimpi gilaku ini lah yang hanya bisa membuatku bangga dan bahagia? Bagaimana kalau seandainya mimpi gilaku ini sebenarnya tidak seindah yang aku bayangkan? Persiapan pun sepertinya jauh dari kata siap. Lalu, aku bertanya kepada diri ku sendiri, sebenarnya apa sih yang aku inginkan? Stuck, namun disisi lain aku ingin mencobanya walau sekali saja. Hmm, apakah pemimpi pernah merasakan ini sebelumnya? Hmm, harus dikaji ulang berarti.
"Masa muda memang penuh kegalauan. Yang harus diingat apapun yang terjadi jangan pernah kehilangan dirimu! Kalau bukan dirimu sendiri, siapa lagi yang lebih memahamimu selain dirimu sendiri?"
Share:

Senin, 04 Februari 2019

My airlines 23

Aku masih ingat perjalananku untuk pertama kalinya setelah sekian lama enggak naik pesawat. Sebelum berangkat pun, gerimis menemani. Tapi aku tetap berangkat karena tiket pulang-pergi sudah di beli dan pantang banget mundur. Saat itu perasaan senang dan gelisah campur aduk jadi satu. Senang, akhirnya bisa naik pesawat lagi. Gelisah karena kita enggak tau ajal kapan datang. Setelah aku mendapatkan nomer kursi untuk duduk, aku terus berdoa agar diberi keselamatan hingga di tempat tujuan. Hingga pesawatpun lepas landas, Tak menyangka, ternyata naik pesawat tidak semenyenangkan seperti dahulu saat aku masih kecil. Terlalu banyak turbulence (goncangan) dan aku hanya bisa melihat warna awan abu-abu dari jendela pesawat. Frustasi, aku hanya bisa berdoa dan terus mengucapkan Asmaul Husna. Ingin sekali aku cepat-cepat menapaki bumi dan sampai di tempat tujuan.
Terbang saat di cuaca sangat mendung (Source: Pribadi)
Begitulah yang sedang aku rasakan sekarang. Terlalu banyak guncangan. Saat aku mencoba mencari secercah harapan, hanya warna abu-abu yang kutemukan. Kosong. Ingin sekali aku mundur dari penerbangan hidup ini, tapi aku tidak akan bisa. Sama halnya seperti tiket yang sudah dibeli. Aku enggak bisa mundur gitu aja. Saat aku memaksakan diriku untuk terus melangkah, awan semakin tebal, menganggu jalan pesawatku sehingga terjadi guncangan. Terkadang, sempat terpikirkan olehku saat berada di dalam pesawat, "Mungkinkah sudah saatnya?" Namun, aku terus berharap yang baik-baik.

Pesawat hidup yang kutumpangi memang sepertinya sudah usang dan rusak alias tidak layak jalan karena terlalu sering terbang dalam keadaan cuaca buruk. Orang-orang pasti akan bilang 'kenapa tidak diperbaiki saja?'. Namun bagaimana? Memang benar, menasehati orang lain itu lebih gampang, ketimbang menasehati diri sendiri. Mudah bagiku untuk menuliskan kata-kata bijak, mudah bagiku untuk memberikan kata-kata semangat untuk orang lain, tapi tidak pernah mudah bagiku untuk bangun dan menegakkan diri ini.

Atau orang-orang itu memberi saran lain seperti 'terbanglah saat cuaca cerah'. Andai saja aku bisa memilih cuaca layaknya main game The Sims. Bayangkan, disaat penumpang sudah bayar mahal-mahal tiket pesawat, lalu di delay beberapa jam atau di cancel, bagaimana perasaannya? Jengkel pasti dan sudah kapok tidak mau memilih penerbangan itu lagi. Begitu juga dengan pesawatku ini, harus tetap terbang bagaimanapun caranya.

Pesawat ini semakin ringkih karena bertambahnya usia. Sudah 23 tahun pesawat ini terus terbang dari satu tempat ke tempat lain. Dan penerbangan terburuk yang pernah kurasakan adalah penerbangan saat pesawat menginjak 20-an tahun. Berbagai macam cuaca buruk aku lewati satu persatu dan butuh waktu lama untuk memperbaikinya. Aku tau pesawat ini memang sejak dibuat hingga berumur 20 tidak pernah latihan untuk terbang, selalu disimpan baik dan rapi di tempat penyimpanan pesawat dengan fasilitas yang WAH. Beberapa orang akan melihat pesawat ini seperti pesawat mahal, padahal kenyataannya pesawat ini payah dalam urusan terbang saat di cuaca buruk. Butuh bertahun-tahun untuk memperbaikinya. Karena terlalu sibuk memperbaiki, untuk meng-upgrade pesawat pun tak pernah ada waktu.

Karena jarang ada yang memberikan perawatan, pesawat ini hanya bergantung pada diri ini sendiri dan beberapa bantuan orang disekitar. Lelah? Ya, sangat melelahkan dan rasanya ingin berhenti terbang. Lagi, aku tak punya pilihan. Bagaikan pesawat yang sudah terjadwal, mau enggak mau harus tetap terbang. 

Penerbangan berikutnya yang berakhir dengan indahnya wajah bumi dari atas (Source: Pribadi)
 Pepatah mengatakan setelah badai muncul lah pelangi. Misalnya, dibalik awan putih pekat itu, terdapat wajah bumi yang cantik yang sayang untuk dilewatkan. Dari dalam pesawat, aku bisa melihat anak sungai mengalir dari bukit tertinggi melewati hutan yang rindang lalu berakhir di ujung pantai. Atau cahaya-cahaya lampu yang tersusun rapi yang menyala saat di malam hari. Semuanya terlihat menakjubkan. 

Aku tersadar, memang awan tebal dan keindahan wajah bumi ini tidak ada yang abadi. Semuanya saling melengkapi untuk bisa dipetik hikmahnya. Namun, yang kuheran mengapa penumpang di dalam pesawat itu lebih sering membicarakan guncangan di pesawat, ketimbang panorama indah dari pesawat?

Pertanyaan ini juga menjadi pertanyaan yang ku tuju kan untuk diriku sendiri. Aku juga tidak mengerti dan jawaban yang relavan saat ini adalah karena sudah sifat manusia lebih peka terhadap kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan daripada yang menyenangkan.

Pesawat ini jauh dari kata sempurna, masih harus banyak melewati trial and error-nya. Tetapi, aku masih berharap pesawat ini terus menguat untuk menghadapi cuaca yang lebih buruk lagi, hingga akhirnya bisa melesat terbang tinggi jauh disana. Hidupku belum selesai sampai disini, masih banyak tempat yang ingin aku kunjungi agar aku bisa lebih mengetahui diriku sendiri dan juga lebih bersyukur apa yang sudah aku punya. 

Pesawat terbangku, mungkin sayapmu terlihat retak tapi lihat kamu tidak sendirian. Masih banyak pesawat lain yang harus lebih berjuang terbang mati-matian karena sayapnya yang patah. Janganlah takut dengan awan tebal itu, karena saat kau melewatinya kau akan melihat sisi dunia yang tidak akan pernah kau lupakan. Hingga tiba saatnya suatu hari nanti penerbanganmu berakhir dan kau tersenyum bangga karena setidaknya kau berani melewati semuanya bahkan saat cuaca buruk sekalipun. Aku akan terus berdoa, sama seperti halnya saat aku ketakutan naik pesawat dengan hamparan awan berwarna abu-abu yang pekat.

Dear my airlines 23, I know you're strong enough. If not, you will never overcome many bad weathers since the beginning. I'm proud of you. Don't give up easily at least you've tried. Don't always procrastinate what you have to do. I know it sounds easy but hard to do, but I know you can do everything you want. Cheers!
Share:

Jumat, 31 Agustus 2018

Dear Someone that always Inspires Me~

I just read my favorite book. The book that changed me into a better person. I once show off to my teacher and my online friends since it inspires me so much. It might a little bit weird for you who is not familiar to read book. However, thanks for this book who gives me different perspective about life and love. The book called Independent 24.
https://www.whoa.in/20150417-Whoa/Girl-Create-Hand-Shape-Heart-Gesture-HD-Wallpaper.jpg
Source: link
"The teachers refused continue teaching him because he doesn't follow the standard of learning. If I were him, I would not respect the teachers at all. However, he said differently."
I still remember when the first I read the book. It was when I'm quite depressed about thesis of my bachelor degree. That day, I underestimated me whether I can do it or not. It's terrifying, really. Facing fierce lecturer to accept my thesis almost everyday, I lost my nerve. I almost gave up. Then, I read one chapter that explains about a student and two teachers. The teachers refused continue teaching him because he doesn't follow the standard of learning. If I were him, I would not respect the teachers at all. However, he said differently. He kept respect the teachers and showed that it's not student's fault or teachers' but it just different methods to learn. There's no right or wrong in learning as long as we have same purpose as an achievement. That day, I gained confidence as much as I can. I don't care how many times I got rejection from my lecturer but I'm sure the lecturer will accept my efforts as long as I showed him strong determination to graduate soon. Then, I'd been accepted after one month striving hard to get lecture's approval. I was so grateful that day, my hardwork was paid off.
"By his writing, I can feel how terrible his life was just to pursue his dreams and wanted to make his parents proud."
You think it's ending? No, it's only beginning. I had to extend one semester more because one of my supervisor is perfectionist and the progression of my thesis became late. I felt so sorry that day to my parents, I felt I wasted their money so much. So, I took the rest of my money that I got from my scholarship to help my parents paid my college's tuition fee. That day I felt so stupid and useless. Thanks to my mom who always listened my problems and gave me some solutions. Whenever I felt down, I always read my favorite book. That day, I opened a chapter that told me about his trainee life. By his writing, I can feel how terrible his life was just to pursue his dreams and wanted to make his parents proud. Living in different countries and far away from home, always press himself to practice practice and practice more until he got injuries, and his strong willingness to achieve his goals. It's a long long story that it's hard to describe in this blog. The most important thing I've got was never give up! With a great effort I collected my courage to face that perfectionist lecture. I stayed in library longer just searching a suitable book or journals, kept in touch to my college friends to exchange knowledge, and don't forget to hang out with my bestfriend and family (It really helped me to relieve my insecurities). Since I have much time, I'm bored so I decided to take a part-time job. At first, my mom didn't agree to my decision, but I took it anyway so I could feel more valuable to the others while I'm dealing with my own thesis. That day, I'm blessed being a teacher even until now~
https://thumb.guucdn.net/640x360/images.guucdn.net/full/2016/6/20/ac3203f61f5a2e121ead415d9284e7054decce6f.jpg
Source: link
"I thought  the happiness would stay longer but the fact not."
Did I get my bachelor degree? Yeapp I did it! That time, I'm very proud I could see my parents' smiles. Also my bestfriends! All my bestfriends were home and celebrated my graduation. Woww, it's so cool. Next time, my turn to make you happy my girls (Never hesitate to contact me if the day comes). I thought  the happiness would stay longer but the fact not. I've got depression again when my dad really insisted me to be a teacher in school, but I didn't want to because I'm gonna achieve my crazy dream first. I thought I would get support from my big family, but they asked me to give up and just marry someone. Getting many rejection from job that I really want made me frustrated. Again, I've got my mom by my side and also many new online friends around Indonesia and some around the world since I joined volunteer and kept learning new language. Since then, I felt there were many people still needed me and also my students that I've been taught! I even established my own English course. Thanks for my mom who always supports me. Love you~
"He explained that it's easy to like someone but it's not easy to make commitment to one person. Saying "I love you" means you have responsibility to the girl."
Time passed by, I almost forgot my feeling in real life. Having someone special in my life? Nahh. My parents wants me to look for someone by myself but I have no intention to get engaged to someone. I felt I was bad at relationship! Lmao! Whenever I like somebody, it always gives me pain rather than happiness. Until I realize, I have soft-hearted made of glass, people who I let in my life have important role to me such as family, bestfriends and also my crushes. The bad side of this heart is when I like someone I'd never let him know but when he's with his choice, it made me more depressed and I'll easily ill. Now I'm strong enough since I read Independent 24 again. That book magically can heal me. He explained that it's easy to like someone but it's not easy to make commitment to one person. Saying "I love you" means you have responsibility to the girl. Since then, I think to have interest in someone is wasting my time and it's not good for my health. I'll only give my everything to Mr.Right. The one who takes the responsibility from my parents eye to eye. Then striving hard together and facing up and down life. That's it! That's love! Just skip playing drama, ain't have time and not cool!

You might wondering who the writer of this book is. The writer maybe a little bit strange for you, his name is 张艺兴 a.k.a Lay. He's one of the reason I'm getting strong only reading his book. Thank you for your motivation! And this is my massage for him

张艺兴宝贝
你好艺兴哥哥! 希望你快乐 照顾你的身体
今天我开心 知道你之后我有多新朋友
我想对你说 感谢你的一切 表演 歌手 跳舞 冬季 个性
喜欢你的一切 艺兴哥哥牛掰 牛掰
我们一起走~ 当你的粉丝是我的世界最幸福的事
永远支持你! 期待你的三胎!
兴兴 加油! 努力努力再努力!

你的贝壳
P.S: 对不起 我会写一点中文
2018年8月31日

Uhm, sorry. No translation for now.
Share:

Jumat, 21 Juli 2017

5 Tips Merayu untuk Mendapatkan Restu Orang Tua

Source: Link
Menjalin kedekatan antara orang tua dan anak memang susah susah gampang. Enggak semua orang tua mengerti kemauan sang anak dan enggak semua anak mengerti maksud dan tujuan orang tua mengarahkan anak-anaknya.Orang tua di Indonesia rata-rata menganggap dirinya lebih berpengalaman soal kehidupan karena mereka lebih lama hidup, maka dari itulah orang tua berusaha mengarahkan anak-anaknya ke jenjang hidup yang lebih baik agar nasib anak-anaknya lebih baik daripada mereka. Faktanya, anak-anak Indonesia mempunyai jiwa jiwa kebebasan seperti melakukan hal-hal baru, memilih jodoh sesuai keinginan mereka atau sekedar meraih mimpi-mimpi mereka yang out-of-the-box. Dan lagi-lagi, orang tua ikut campur tangan tentang apa yang harus anak-anak mereka lakukan, lalu memilih jodoh yang tepat untuk anak-anaknya, bahkan pekerjaan pun mereka yang menentukan. Padahal belum tentu anak-anak mereka bahagia atas pilihan orang tua mereka. Ada yang terpaksa menjalaninya karena takut dibilang durhaka. ada juga yang menolak habis-habisan karena tidak sesuai dengan keinginan mereka. Dari sinilah, saya akan memberi kalian tips meyakinkan orang tua untuk anak-anak muda yang masih terus memperjuangkan keinginannya.

1. Lakukan hal-hal kecil
Cobalah sekali-kali kalian melakukan hal-hal kecil yang mengena di hati orang tua kalian. Seperti merayakan pesta kecil-kecilan di ulang tahun orang tua kalian atau sekedar menanyakan sudah makan atau belum setelah orang tua kalian bekerja. Kelihatannya sepele memang, tapi berharga banget bagi orang tua kalian.

2. Lakukan hal yang tak pernah kalian lakukan
Hayoo jujur aja deh, kalian yang masih tinggal sama orang tua pasti lebih banyak malesnya di rumah, ya kan? haha. Kali ini cobain deh lakukan hal yang tak pernah kamu lakukan sebelumnya. Misalnya, membantu ibu masak di dapur walaupun sebenernya enggak bisa masak atau beres-beres rumah sebelum orang tua pulang kerja. Wah pasti orang tua kalian akan terkesan dan bangga kalau anak-anaknya sudah tumbuh dewasa dan mandiri.

3. Temani mereka selagi masih ada waktu senggang.
Yup, bagi kalian-kalian yang sibuk dengan kerjaan kalian, coba deh kalian bagi waktu khusus hanya untuk mereka. Kalian bisa memanfaatkan waktu kalian untuk mengajak orang tua sekedar makan-makan diluar atau shopping bareng. Atau malah orang tua yang ngajak keluar? Langsung aja temani mereka. Dengan begini, orang tua kalian akan merasa dihargai karena telah memberikan sebagian waktu kalian untuk mengisi hari-hari mereka.

4. Nge-gombal
Iya, nge-gombal dan ini khusus ke ibu kalian yah. Karena ibu juga manusia dan masih suka dipuji. Misalnya, saat ibu kamu bertanya keheranan karena tiba-tiba kamu ikut membantu memasak padahal bangun pagi-pagi aja susah, kamu jawab aja gini "karena kamu Bu." sambil bercanda. Atau ditanya kenapa tiba-tiba rajin sekali mengantar jemput ibu ke pasar, kalian bisa jawab gini "Aku engga mau kehilangan aset berhargaku." Dijamin deh ibu kallian akan senyum-senyum sendiri dan selamat, kalian telah memenangkan hati ibu kalian.

5. Utarakan impianmu
Mungkin inilah hal yang susah susah gampang ketika orang tua tidak setuju dengan impian kalian. Mengutarakan impian kalian ke orang tua itu ada resikonya, resiko di ceramahin panjang lebar atau resiko bikin orang tua jadi banyak pikiran. Tapi jika kalian mengutarakannya saat sedang santai-santai seperti minum teh bareng atau menikmati piknik keluarga, itu akan banyak membantu menenangkan pikiran mereka dan memahami impian kalian. Berikan alasan kuat dan jelas tentang impian kalian, orang tua pasti akan berusaha memahami kemauan anaknya. Karena pada dasarnya keinginan orang tua itu cuma pengen anaknya hidup enak dan bahagia.

Poin-poin diatas harus kalian lakukan secara konsisten yah, terutama nomer 1-4. Saya menulis ini karena saya mengalaminya sendiri ketika saat saya SMA saya enggak begitu minat jadi guru tapi orang tua saya memaksa saya jadi guru karena alasan saya perempuan. Ingin rasanya berontak, tapi mana bisa, nanti malah dikira anak durhaka. Setelah masuk semester 7 ke 8, saya mulai merencanakan masa depan saya dengan banyak-banyak kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Dan kebetulan saya memang suka belajar beberapa bahasa selain bahasa inggris dan ngobrol-ngobrol beberapa penutur asli dari beberapa manca-negara. Saya terus curhat ke ibu saya betapa bahagianya saya bisa berkomunikasi, mempelajari berbagai bahasa, dan mengenal budaya. Pernah juga saya bilang kalau saya enggak terlalu fokus jadi guru karena setelah melewati masa mengajar PPL, saya merasa mengajar bukan bagian passion saya yang terbesar. Dulu saya tidak begitu dekat dengan ibu saya dan ketika saya lancarkan tips-tips ini sebagai bagian dari hidup saya, jadilah dia mengerti apa yang saya inginkan dan bahkan ibu mendukung penuh. Saat itu saya sadar, engga ada hal yang perlu ditakutkan di dunia ini, karena saya sudah dapat restu dan doa ibu saya dan juga Sang Pencipta, Allah SWT.

Yup begitulah sepenggalan pengalaman kecil dari saya. Semoga kalian jangan menyerah ya untuk mendapatkan restu dari orang tua kalian. Sampai jumpa di postingan selanjutnya!
Share:

Minggu, 16 Juli 2017

Salah Satu Alasan Kenapa Hidup Tak Tentram

Sumber: Link

Ketika kita masih balita, sering kali kita tak segan mengambil mainan teman kita. Tak jarang teman kita itu menangis, kita yang masih polos, kecil, bulet, dan imut hanya memandanginya saja tanpa mengerti kenapa ia menangis. Disinilah peran orang tua mengajarkan anak-anaknya untuk tidak mengambil barang milik orang lain. Ternyata hal sekecil ini walaupun kelihatannya sepele dan mungkin enggak ingat, namun sekarang masih membekas di diri ini. Rasa bersalah dan takut kepada Tuhan membuat diri ini berusaha untuk tidak mengambil hak atau barang milik orang lain.

Namun, sampai saat ini aku masih enggak mengerti, kenapa masih ada aja sih orang-orang yang seenaknya mengambil hak atau barang orang lain tanpa mengenal kulitnya, sekolahnya, pakaiannya, dan masih banyak lagi. Dimulai dari penjahat berdasi sampai penjahat ikan teri. Sebenernya apa sih yang mereka cari didunia ini? Kalau yang sudah kaya, ya jangan serakah lah. Toh harta ga dibawa mati. Yang keliatannya hidupnya serba kekurangan dan serba susah, carilah rejeki yang halal. Walaupun gaji kecil, setidaknya masih bermartabatlah. Kalau mereka terpaksa mengambil hak dan barang orang lain karena tak cukup memenuhi kebutuhan rumah tangga, kenapa enggak minta saja sama Sang Maha Kaya? Bukannya kita hidup di dunia ini udah ada Allah yang jamin? Dari rejeki, jodoh, anak, dan masih banyak lagi. Kenapa mereka menjauh kepada sang Pencipta?

Aku harap mereka yang sudah terlanjur mengambil hak dan barang orang lain, segeralah kembalikan ke pemilik aslinya. Kasihan hidup mereka enggak akan tentram dan penuh karma karena perbuatan buruk mereka sendiri..

Untuk orang yang kehilangan haknya atau barang berharganya, ketahuilah kalian tidak sendiri. Allah selalu berada disamping kalian, terus berdoa dan percaya: yang hilang akan kembali atau diganti dengan yang lebih baik. Tetaplah menjadi pribadi yang baik meskipun seringkali dijahatin.


Share:

Kamis, 18 Mei 2017

5 Keuntungan Ketika Menerima Kegagalan

Source: Link
Seringkali sebagian dari kita menganggap bahwa kegagalan adalah hal yang harus dihindari, bahkan ada juga yang menganggap sebagai ketidak-mampuan dan kelemahan seseorang. Namun, berbeda ketika orang yang benar-benar mau belajar dan mau berkembang. Mereka akan menganggap kegagalan adalah sebuah keuntungan. Keuntungan apa itu?

1. Melatih Mental
Untuk pemula, memang tidak mudah menerima kegagalan karena mental mereka belum terbentuk. Namun bagi yang sudah terbiasa menemui kegagalan, mereka akan mencari jalan keluar lagi. Karena bukan kegagalan yang dipikirkan, namun bagaimana caranya agar mereka terus berkembang yang pada akhirnya membentuk mental sekuat baja.
Source: Link
2. Memperbaiki Diri
Dari kegagalan, kita dapat memperbaiki diri. Berusaha memperbaiki apa yang kurang, lalu kembali dengan diri yang lebih baik lagi.
Source: Link
3. Mengetahui posisi diri
Keuntungan pertama saat menerima kegagalan adalah kita mengetahui dimana posisi kita berada. Sudah sampai mana proses diri ini berkembang?
Source: Link
 4. Membentuk Pribadi yang Biajksana
Karena sudah terbiasa dengan kegagalan, kita menjadi lebih mengharagai usaha orang lain untuk berkembang. 
Source: Link
5. Mendapatkan tempat yang lebih tepat
Ketika kegagalan demi kegagalan sering terjadi meskipun sudah melakukan yang terbaik, jangan pernah menyerah dan teruslah berdoa. Karena dibalik kegagalan-kegagalan tersebut, tersimpan kemenangan yang tak terduga. Disaat itulah Sang Pencipta telah menyiapkan tempat terbai.
Source: Link
Pada dasarnya kegagalan bukanlah untuk diratapi ataupun direnungi. Kegagalan sebenarnya adalah sebagai batu loncatan untuk terus memperbaiki diri dan membuka pintu-pintu harapan yang lain. Memang mudah sekali untuk menulis kata-kata ini daripada melakukan. Karena merubah pola pikir itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sama halnya seperti balita yang sedang belajar berdiri dan berjalan di atas kedua kaki mereka. Walaupun sering terjatuh, mereka tetap bangkit kembali.
Share:

Minggu, 07 Mei 2017

An Unforgettable Riding GrabCar

Yesterday, my mom and I went to Rawasari to buy tiles for our small house. Because my mom wanted to sleep in a car and I haven't driven the car yet, so I ordered GrabCar. We got a driver named Wigyo. Mr. Wigyo is a chatty, kind, and cheerful person. I got many life lessons from him. He shared many stories with us. From his stories, there were three life lessons that I caught.
Source: Link
1. Lacking money is not something to worry
My stereotype towards a driver of GrabCar was they were well off. That stereotype changed after I met Mr.Wigyo. He said that he was not well off, and his earnings were touch-and-go. However, he's still grateful for what he had. He even didn't worry if he didn't have earnings because he believed that God knows where his earnings, and we as human just tried to work hard. I looked into myself and I realized I haven't worked hard yet as I live. So, I want to give my all as best as I can since I've lived.

2. Focus is the best way to get a bonus
Mr.Wigyo said he also used two other apps besides GrabCar, but he kept focusing on GrabCar so he would get a bonus. If he had used three apps, he would not have got the bonus. Again, I mirrored myself. I always try something new, but none of them are mastered. I also rarely keep focus from what I'm doing and I'm easily bored. For consequences, I don't have anything and lack many skills. Therefore, I try and try to keep focus so I can master skills that I want to.

3. Life is about sincerity
In the morning, Mr. Wigyo got an accident. His car was hit by a motorcycle bringing tofu. The tofu scattered on the ground and his lamp's car was broken. Mr. Wigyo tried to help Mr.Tofu by taking up the tofu. Mr.Tofu said to him that he would be ready if he called the police, but Mr. Wigyo's response was surprising. He said to Mr. Tofu that it was okay and he could go home. He knew that calling the police would not solve the problem and it would make Mr.Tofu burdensome. He even didn't dispute about his car because he still has insurance and kept getting another order. From his experience, I've learned that sometimes we argue for something that can harm us. Why don't we let them go and keep continuing life? God will change something that broken or lost into a better thing.

Yup, I'm grateful I met Mr.Wigyo because he taught me how life works. I hope I meet him again someday.
Share:

Kamis, 04 Mei 2017

Menjadi Perempuan Indonesia: Sosok Ibu yang Tidak Akan Hilang Dimakan Zaman

Kulihat sosok perempuan paruh baya didepanku. Ia sedang menghitung reeki demi rezeki yang ia dapat dari berjualan hari ini. Rambutnya yang mulai memutih dan matanya yang mulai keriput menunjukkan ia kelelahan namun bibirnya tetap tersenyum dihadapanku. Ya, dialah ibuku. Ibu dengan sejuta kebaikan yang ia miliki yang tak tergantikan oleh apapun. Bahkan surga-Nya pun ada dibawah telapak kaki ibu. Karena kebaikan ibu itulah, membuatku terinspirasi untuk menulis beberapa kebaikan-kebaikan ibu.

1. Ibu adalah perempuan yang tangguh yang menafkahi keluarganya tanpa mengeluh.
Source: Pribadi
Di tengah malam, orang lain tertidur lelap, namun berbeda dengan ibu. Ia rela meninggalkan tempat tidurnya yang empuk untuk mencari rezeki dari malam hingga esok pagi tanpa lelah. Hampir setiap hari ibu melakukan pekerjaannya dengan penih perjuangan, ketekunan dan kesabaran demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga kecilnya.

2. Ibu adalah perempuan yang sabar mendidik anak-anaknya.
Source: pribadi
Sering kali anak-anaknya terlalu asik dengan gadget-nya daripada mengobrol dengan ibu. Tak jarang pula ketika anak-anaknya main sampai malam, kita lupa memberi kabar sekedar mengirim sms padahal gadget selalu ada di tangan. Namun, ibu tetap sabar menasehati dan mendidik anak-anaknya dan juga memafkan kesalahan-kesalahan anak-anaknya.

3. Ibu adalah perempuan yang menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Kebaikan demi kebaikan yang diajarkan oleh ibu yang terkadang membuat anak-anaknya heran. Ketika orang lain memanfaatkan apa yang mereka punya untuk bisa dijual, namun ibu mempunyai jalan pikir yang berbeda. Ia memberikan apa yang ia punya dengan cuma-cuma kepada orang lain. Ia secara tidak langsung mengajarkan anak-anaknya bahwa dunia ini bukan tentang uang saja, tetapi tentang kesejukan hati yang tidak bisa dibayar dengan uang.

4. Ibu adalah perempuan yang masih bisa tersenyum walaupun ia menyembunyikan segudang permasalahan di hidupnya.
Sumber: Pribadi
Sering kali ibu mengajak anak-anaknya bercanda untuk menutupi kesedihannya. Tak sedikitpun ia bercerita kepada anak-anaknya, walaupun anak-anaknya sangat ingin mendengarkan keluh-kesahnya. Saat ditanya apa masalahnya, ia bilang "Sudah tak usah dipikirkan, biar ibu yang urus. Kalian fokus belajar saja." Saat itu pun tersadar bahwa naluri seorang ibu adalah tidak ingin membuat anak-anaknya khawatir dengan permasalahannya dan ia ingin anak-anaknya tetap fokus dengan pendidikannya.

5. Ibu adalah perempuan yang percaya dengan kemampuan anak-anaknya.
Di zaman era globalisasi ini, makin banyak orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan. Para orang tua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya bahkan ada yang memberikan les tambahan di luar jam sekolah. Ketika para orang tua berkumpul, tak jarang para orang tua membanggakan peringkat anaknya bahkan ada pula orang tua yang saling memamerkan nilai anak-anaknya. Berbeda dengan ibu, dia hampir tidak pernah memamerkan nilai anak-anaknya di depan orang tua lain karena ia tahu dan percaya kemampuan setiap anak-anaknya berbeda. Kelak anak-anaknya akan sukses dengan caranya sendiri.

6. Ibu adalah perempuan yang rela mengalah demi anak-anaknya.
Sedari kecil, tak jarang ibu memberikan apa yang anak-anak inginkan, selagi itu positif dan membuat anak-anaknya bahagia. Begitu pula setelah anak-anaknya menginjak dewasa, sang ibu masih berusaha memberikan kebutuhan yang diperlukan seperti uang kuliah, uang saku, buku, laptop, printer, internet, dan masih banyak kebutuhan-kebutuhan yang lain. Tanpa sadar, ibu lebih mengutamakan anak-anaknya daripada dirinya sendiri. Ia rela menyampingkan keinginannya dan berhemat demi ememnuhi kebutuhan anak-anaknya.

Bagiku, ibu adalah sosok Kartini yang tak akan hilang dimakan zaman. Ia adalah sosok inspirasi dan panutan bagiku. Kebetulan hari ini, tanggal 4 Mei adalah hari ulang tahun ibuku. Ku berikan waktuku untuk ibuku dan membuat suatu kenangan indah yang tak akan kembali namun dapat kukenang suatu saat nanti. Aku disini ingin mengucapkan terima kasih Ibu atas perjuangan dan dedikasimu! Walau kata 'Aku sayang Ibu' sulit terucap dan memelukmu adalah hal tersulit yang kulakukan, aku sangat bersyukur dan bangga memilikimu!
Share:

Selasa, 02 Mei 2017

5 Probelmatika Mahasiswa Tingkat Akhir saat Skripsi

Sumber: Link
Skripsi menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian mahasiswa tingkat akhir. Sebelum skripsi pun mahasiswa tingkat akhir harus berjuang habis-habisan, mulai dari bingung mau mengajukan judul skripsi, lalu saat mengadukan judul skripsi ditolak terus, saat judul disetujui malah dapet dosen pembimbing killer. Itu baru awalnya saja, belum skripsi. Saat menyusun skripsi pun banyak kendala-kendala yang harus dihadapi mahasiswa tingkat akhir, apa saja itu?

1. Mencari Buku
Mencari buku sumber tidak semudah yang dibayangkan, berbagai perpustakaan online dan non-online di kunjungi namun tak jarang buku sumbernya engga cocok. Apalagi jika dospem menuntut mahasiswanya mencari buku sumber terbitan diatas 2006 dan itu tidak sebanding dengan buku-buku yang tersedia di Indonesia. Jika mencari di perpustakaan online, seluruh halaman buku tidak ditampilkan semuanya yang pada akhirnya mahasiswa terpaksa download buku secara ilegal dan itupun kalau nemu dan beruntung. Begitu juga dengan perpustakaan non-online, tak semua buku yang dibutuhkan tersedia.
Sumber: Pribadi
2. Baca Buku
Baca buku sumber untuk skripsi ternyata tidak semudah membaca pikiran kamu novel. Aktivitas yang sepele namun butuh konsentrasi dan nalar yang tinggi untuk memahami dari kalimat ke kalimat yang lain butuh waktu yang tidak sedikit. Ini makin diperparah jika kalian membaca buku sumber dengan bahasa inggris. Mau tidak mau kalian harus bolak-balik buka kamus atau google translate, dan itupun belum tentu bisa dimengerti sepenuhnya. Namun, tak usah khawatir. Kalian bisa menanyakan kalimat-kalimat yang sulit dipahami ke dosen atau berdiskusi ke teman-teman seperjuangan kalian.
Sumber: Pribadi
3. Dosen Pembimbing
Bersyukurlah bagi kalian mahasiswa yang beruntung mendapatkan dosen yang baik, pengertian, sabar, dan selalu ada waktu untuk membimbing kalian. Karena di luar sana masih ada mahasiswa dosen yang super sibuk, perfeksionis, ataupun killer. Mahasiwa yang mendapatkan dosen seperti itu butuh kesabaran ekstra dan makan yang banyak karena mengejar-ngejar dosen butuh energi yang banyak. Eits, jangan ciut dulu ya. Tetaplah bersyukur dan terus kerjakan skripsimu karena yang keras akan luluh dengan yang lembut seperti kesabaran, ketekunan, dan kegigihan.
Sumber: Link
4. Revisi, revisi, revisi
Di awal bimbingan, biasanya mahasiswa semangat dan percaya diri dengan hasil kerja kerasnya menyusun skripsi. Tak jarang pula, mahasiswa sudah mempunyai konsep-konsep dan teori-teori untuk mendukung skripsinya. Namun seiring bejalan waktu, bimbingan skripsi menjadi hal yang membingungkan. Ketika konsep-konsep dan teori-teorinya dirombak habis-habisan dengan dosen pembimbing. Kalau sudah begini, mau tidak mau harus mengikuti dosen pebimbing. Bolak-balik revisi terus sampai bosen. Nah biar engga bolak-balik revisi terus, coba deh teliti kira-kira dimana salahnya dan kurangnya dimana. Jika masih bingung salahnya dimana, tanyakan ke dospem biar lebih jelas
Sumber: Link
5. Copy-Paste
Ini nih kalau mahasiswa udah nyerah duluan dan pengen cepet-cepet lulus, dipikirannya yang penting asal jadi. Eits, mau sepintar-pintar apapun kalian copy-paste jika kalian tidak memahaminya sama aja bohong malah mati kutu pas ditanya sama dosen pembimbing. Lalu gimana biar enggak copy-paste lagi? Lupakan sejenak tentang cepet-cepet lulus, lalu fokuskan pikiran kamu ke action seperti sering membaca buku, latihan menulis, berdiskusi dengan dospem ataupun teman seperjuangan.
Sumber: Link
Yah itulah segelintir problematika yang sering dialami mahasiwa tingkat akhir. Sesulit dan seberat apapun itu, tetaplah bekerja keras, lakukan dengan ikhlas, dan nikmatilah proses itu. Karena dibalik kesulitan ada kemudahan, jangan menyerah. Ubah yang dari tidak mungkin menjadi mungkin dengan kesabaran dan ketekunan. Tetap semangat para pejuang SKRIPSI!
Share:

Rabu, 19 April 2017

The Dark Side of Bamboo Ladder

Link
Looks like this bamboo ladder is easy to use it, but have you seen the dark side of bamboo ladder?
My feet stepped up one by one, trembling. When I took the last step, I couldn't breathe well, I looked down to my mom who held the bamboo ladder to protect me. That time was the only way to go upstairs, using bamboo ladder only. Bamboo ladder brought me to higher place against gravity. I tried to gain much confidence to go upstairs, but I failed. That day, I realized stepping up with bamboo ladder is such a nightmare. My mind just kept focusing on my worries. Worries that I would fall, worries that my feet would slip. In fact, those worries did not happen. I easily gave up, and stepped down. After I reached the ground, I regretted the choice that I chose. I regretted that I did not even pay off my curiosity. I did regretted that I didn't see a beautiful scenery at the upstairs there. I asked my mom how she did that. She said at first, she's anxious but she only looked at the upstairs and her desire kept in her mind. Forgetting anxiety, she just kept focused what she wanted to reach, and she did it. I'm questioning myself, am I too easy to give up? Or am I too worry to imagine something bad that might not happen? I should keep focus what I want to reach than worries. Worries only obstruct the goal, worries only kill positive minds, and worries only lose a chance. The chance to see a beautiful scenery. That's how life, life of youth. Do what you want to reach as young as possible. When you're old, you don't have to regret coz you did what you want when you're young.
I'm questioning myself, am I too easy to give up? Or am I too worry to imagine something bad that might not happen?

Share:

Minggu, 10 Januari 2016

Skate this Life


I learnt something from people who was skating on the ice. It's weird, huh? I imagine that the rink was life, the shoes were their abilties and they had same purpose which I defined to survive. There were three types of skaters that I saw: skaters who hit each others, skaters who fell themselves, and skaters who never released their grip.


1. Skaters who hit each others
It's very common to hit each other while skating, but the skaters just stood up again and never mind because they're just have fun and carry on to learn skating again. My perspective is we as human never be separated from problems with our friends, partner, colleagues, even family. Sometimes we just give up and break off, or we hold each other and give solutions in order to carry on this life together.

2. Skaters who fell themselves
There are many skaters who fell themselves because they want to skate well. They always try, try, try, and try again until they can. Although the process is slow, practice and practice make perfect.

3.Skaters who never released their grip.
Fear obstructed the purpose. It was unfortunate their chance to skate well was disappear instantly. They didn't want to fall which obviously the process of learning. As this life, some of us have no confidence to take a risk in order to reach their dreams. They just play safely until they're aware they left behind.

For those types, I realize that I was skaters who fell themselves until I could stand up on my feet and helped my bestfriend, sister, brother, and my mom to skate. My first feeling when I stepped my feet on the ice, I could not control myself. I held somebody that I didn't know and it was ashamed. I almost fell but I tried to carry on until I can skate well. Although my shoes are not comfortable but my thoughts always gave me positive minds that I could skate.  It is okay if I fell because I could stand up again as long as I want. And then I CAN!

I imagine that my thoughts always give positive minds and no fear, I can skate this life and help each other. So, which types of skaters are you? It would be nice if you share your thoughts below!
Share:

Followers

Search This Blog

Embun yang Dingin / Lautan Cinta

  Berikut ada 14 bagian masa-masa Lay Zhang bersama EXO: Panas yang Hebat / Pertama kalinya aku diatas panggung Akhir dari Panas / Api Embun...

Daily Blogger Pro Review Competition

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.