Tampilkan postingan dengan label Pain. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pain. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 Februari 2019

My airlines 23

Aku masih ingat perjalananku untuk pertama kalinya setelah sekian lama enggak naik pesawat. Sebelum berangkat pun, gerimis menemani. Tapi aku tetap berangkat karena tiket pulang-pergi sudah di beli dan pantang banget mundur. Saat itu perasaan senang dan gelisah campur aduk jadi satu. Senang, akhirnya bisa naik pesawat lagi. Gelisah karena kita enggak tau ajal kapan datang. Setelah aku mendapatkan nomer kursi untuk duduk, aku terus berdoa agar diberi keselamatan hingga di tempat tujuan. Hingga pesawatpun lepas landas, Tak menyangka, ternyata naik pesawat tidak semenyenangkan seperti dahulu saat aku masih kecil. Terlalu banyak turbulence (goncangan) dan aku hanya bisa melihat warna awan abu-abu dari jendela pesawat. Frustasi, aku hanya bisa berdoa dan terus mengucapkan Asmaul Husna. Ingin sekali aku cepat-cepat menapaki bumi dan sampai di tempat tujuan.
Terbang saat di cuaca sangat mendung (Source: Pribadi)
Begitulah yang sedang aku rasakan sekarang. Terlalu banyak guncangan. Saat aku mencoba mencari secercah harapan, hanya warna abu-abu yang kutemukan. Kosong. Ingin sekali aku mundur dari penerbangan hidup ini, tapi aku tidak akan bisa. Sama halnya seperti tiket yang sudah dibeli. Aku enggak bisa mundur gitu aja. Saat aku memaksakan diriku untuk terus melangkah, awan semakin tebal, menganggu jalan pesawatku sehingga terjadi guncangan. Terkadang, sempat terpikirkan olehku saat berada di dalam pesawat, "Mungkinkah sudah saatnya?" Namun, aku terus berharap yang baik-baik.

Pesawat hidup yang kutumpangi memang sepertinya sudah usang dan rusak alias tidak layak jalan karena terlalu sering terbang dalam keadaan cuaca buruk. Orang-orang pasti akan bilang 'kenapa tidak diperbaiki saja?'. Namun bagaimana? Memang benar, menasehati orang lain itu lebih gampang, ketimbang menasehati diri sendiri. Mudah bagiku untuk menuliskan kata-kata bijak, mudah bagiku untuk memberikan kata-kata semangat untuk orang lain, tapi tidak pernah mudah bagiku untuk bangun dan menegakkan diri ini.

Atau orang-orang itu memberi saran lain seperti 'terbanglah saat cuaca cerah'. Andai saja aku bisa memilih cuaca layaknya main game The Sims. Bayangkan, disaat penumpang sudah bayar mahal-mahal tiket pesawat, lalu di delay beberapa jam atau di cancel, bagaimana perasaannya? Jengkel pasti dan sudah kapok tidak mau memilih penerbangan itu lagi. Begitu juga dengan pesawatku ini, harus tetap terbang bagaimanapun caranya.

Pesawat ini semakin ringkih karena bertambahnya usia. Sudah 23 tahun pesawat ini terus terbang dari satu tempat ke tempat lain. Dan penerbangan terburuk yang pernah kurasakan adalah penerbangan saat pesawat menginjak 20-an tahun. Berbagai macam cuaca buruk aku lewati satu persatu dan butuh waktu lama untuk memperbaikinya. Aku tau pesawat ini memang sejak dibuat hingga berumur 20 tidak pernah latihan untuk terbang, selalu disimpan baik dan rapi di tempat penyimpanan pesawat dengan fasilitas yang WAH. Beberapa orang akan melihat pesawat ini seperti pesawat mahal, padahal kenyataannya pesawat ini payah dalam urusan terbang saat di cuaca buruk. Butuh bertahun-tahun untuk memperbaikinya. Karena terlalu sibuk memperbaiki, untuk meng-upgrade pesawat pun tak pernah ada waktu.

Karena jarang ada yang memberikan perawatan, pesawat ini hanya bergantung pada diri ini sendiri dan beberapa bantuan orang disekitar. Lelah? Ya, sangat melelahkan dan rasanya ingin berhenti terbang. Lagi, aku tak punya pilihan. Bagaikan pesawat yang sudah terjadwal, mau enggak mau harus tetap terbang. 

Penerbangan berikutnya yang berakhir dengan indahnya wajah bumi dari atas (Source: Pribadi)
 Pepatah mengatakan setelah badai muncul lah pelangi. Misalnya, dibalik awan putih pekat itu, terdapat wajah bumi yang cantik yang sayang untuk dilewatkan. Dari dalam pesawat, aku bisa melihat anak sungai mengalir dari bukit tertinggi melewati hutan yang rindang lalu berakhir di ujung pantai. Atau cahaya-cahaya lampu yang tersusun rapi yang menyala saat di malam hari. Semuanya terlihat menakjubkan. 

Aku tersadar, memang awan tebal dan keindahan wajah bumi ini tidak ada yang abadi. Semuanya saling melengkapi untuk bisa dipetik hikmahnya. Namun, yang kuheran mengapa penumpang di dalam pesawat itu lebih sering membicarakan guncangan di pesawat, ketimbang panorama indah dari pesawat?

Pertanyaan ini juga menjadi pertanyaan yang ku tuju kan untuk diriku sendiri. Aku juga tidak mengerti dan jawaban yang relavan saat ini adalah karena sudah sifat manusia lebih peka terhadap kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan daripada yang menyenangkan.

Pesawat ini jauh dari kata sempurna, masih harus banyak melewati trial and error-nya. Tetapi, aku masih berharap pesawat ini terus menguat untuk menghadapi cuaca yang lebih buruk lagi, hingga akhirnya bisa melesat terbang tinggi jauh disana. Hidupku belum selesai sampai disini, masih banyak tempat yang ingin aku kunjungi agar aku bisa lebih mengetahui diriku sendiri dan juga lebih bersyukur apa yang sudah aku punya. 

Pesawat terbangku, mungkin sayapmu terlihat retak tapi lihat kamu tidak sendirian. Masih banyak pesawat lain yang harus lebih berjuang terbang mati-matian karena sayapnya yang patah. Janganlah takut dengan awan tebal itu, karena saat kau melewatinya kau akan melihat sisi dunia yang tidak akan pernah kau lupakan. Hingga tiba saatnya suatu hari nanti penerbanganmu berakhir dan kau tersenyum bangga karena setidaknya kau berani melewati semuanya bahkan saat cuaca buruk sekalipun. Aku akan terus berdoa, sama seperti halnya saat aku ketakutan naik pesawat dengan hamparan awan berwarna abu-abu yang pekat.

Dear my airlines 23, I know you're strong enough. If not, you will never overcome many bad weathers since the beginning. I'm proud of you. Don't give up easily at least you've tried. Don't always procrastinate what you have to do. I know it sounds easy but hard to do, but I know you can do everything you want. Cheers!
Share:

Minggu, 10 Januari 2016

Thanks for the pain


Apa yang kalian pikirkan ketika membaca judul ini? Aneh? Mustahil? Atau biasa aja? Pernahkah kalian berterimakasih setelah seseorang menyakitimu? Pasti tak banyak orang yang bisa melakukan ini. Respon yang pasti adalah kemarahan yang menyesakkan dada, apalagi jika yang menyakitimu orang yang udah sayang dan dipercaya. Duh, namanya juga manusia pasti punya kesalahan, tapi yang namanya udah kesel biasanya logika ga jalan alias mampet. Rasanya ingin sekali balas dendam biar orang itu tau rasanya disakitin, ya kan? Balas dendam pun ga semudah itu dan kalau pun kamu berhasil melakukannya apa itu akan membuatmu lega? Tidak, justru akan merusak dirimu sendiri. Dirimu yang dilahirkan tanpa dosa dan dalam keadaan sebaik-baik manusia, kini harus rela turun pangkat dari derajat manusia. Bukankah logikanya seperti itu? Akan lebih baik jika kita ikhlaskan mereka yang telah menyakiti kita dan bersyukur kita tidak seperti mereka. Mungkin kalimat ini sulit dicerna dan diterapkan di kehidupan ini, tapi itulah kunci kedamaian di dalam hati.

Nah sampai sini, mungkin ada yang mengira kalau si penulis ini enggak tau apa-apa tentang sakit.  Justru mengenal sakit, penulis ingin membagi sepenggal kisahnya. Saya bukanlah tipe orang yang pandai bergaul, dan hanya mempunyai beberapa teman. Kalau udah klop dan nyaman, biasanya mainnya sama temen itu itu aja yang saya anggap seperti sahabat. Dulu, adalah hal biasa mempunyai perbedaan pendapat sesama teman dan akhirnya akur lagi. Hingga suatu saat ada teman yang menyakiti saya yang bisa dibilang menusuk saya dari belakang. Dia minta maaf, saya maafkan walau badan saya kaku dan dingin namun penuh sesak. Lebih parahnya lagi teman itu mempunyai personality yg kurang siap menerima akibatnya atas yang ia perbuat. Sehingga membuat saya bingung hingga diri saya terpecah. Yang satu kesal dan marah, dan yang satu kasihan dan iba. Jika saya turuti kemarahan saya maka sisi lainnya berontak begitu sebaliknya. Dan saat itulah krisis kepercayaan memaksa saya tak mempercayai siapapun kecuali teman-teman lama. Saat itulah saya diperkenalkan depresi, makan pun jarang, pusing tak henti henti bahkan menyebabkan saya mual dan lemas. Rasanya kayak mau mati. Tapi nyatanya Alhamdulillah saya masih diperkenankan hidup. Saat itu yang saya tau cuma satu, masih ada orang-orang menyayangi saya dan menginginkan saya. Saya lihat ibu saya yang tak pernah lelah membahagiakan saya, saya lihat sahabat sahabat saya yang tak pernah lelah dan bosan mendengarkan cerita saya dan memberikan saran dan nasihat, bahkan ada yang memberikan waktunya untuk hang out bersama, dan yang terakhir saya dapat teman baru. Saat itulah saya sadar, tanpa ada rasa sakit ini mungkin saya tak akan pernah sadar kasih sayang mereka. Tanpa rasa sakit, belum tentu saya bisa menghargai mereka. Tanpa sakit, saya tak akan bangkit. Itulah beberapa kelebihan dari rasa sakit. Cobalah sesekali lihat sisi positifnya dan lihat apa yang akan terjadi.

Selain itu, kalian juga harus mendekatkan sang Pencipta dan apa yang telah menimpa kalian semata mata untuk memperkuat kalian. Tanpa ada rasa sakit, maka tak akan ada kekuatan. Bukankah Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya bukan?

Yang terakhir, berikut tips tips agar beban pikiranmu berkurang:
1. Share your stories and thoughts.

Dengan menceritakannya kepada orang lain, bebanmu sedikit demi sedikit berkurang. Perasaan didengarkan akan membuatmu merasa dihargai. Lebih bagus lagi, kalau pendengar punya pengalaman pahit yang sama. Dia pasti punya solusi untuk bangkit dari pengalaman buruknya. Kamu boleh cerita dengan ayah, ibu, kakak, adek, sepupu, sahabat, dan orang orang yang kamu percayai. Atau kalau kamu malu untuk menceritakannya, tulislah di diary, blog, atau apapun selama itu bisa mengurangi beban pikiranmu.

2. Karaoke

Karaoke? Iya karaoke. Percaya atau engga karaoke bisa juga jadi senjata andalan. Lagu-lagunya pun kamu bisa pilih sesuai dengan suasana hati kamu. Ketika kamu menyanyikannya tanpa sadar kamu meluapkan emosimu. Atau bahkan bisa jadi teriak teriak, dan itu malah bagus.

3. Love yourself

 Cintai diri kamu sendiri. Sadar atau engga ketika kamu mulai tak menyukai orang yang menyakitimu, kamu lebih memberikan perhatian kepada mereka daripada kamu sendiri. Pelan tapi pasti kamu merusak diri kamu sendiri karena kamu terfokus dengan berkeinginan balas dendam ke orang-orang itu, atau kamu ingin orang-orang tau rasa sakitmu dengan cara menyakiti orang lain. Jadi, pikirkan baik-baik siapa yang lebih rugi disini, kamu atau mereka?

4. Make your beloved people happy

Setelah kamu mencintai diri kamu sendiri, sekarang lihat ada siapa siapa aja yang tetap bertahan di sampingmu dan mendukungmu. Jika sudah, bahagiakanlah mereka. Kamu akan ikutan bahagia kalau bisa melihat mereka bahagia. Kamu ga perlu ngeluarin uang banyak buat mereka bahagia, cukup hal-hal yang sederhana seperti memasak makanan spesial buat orang tua kamu, atau ngajak hang out bareng sahabat-sahabat kamu.

5. Be grateful

Bersyukurlah dengan apa yang kamu punya, kebahagiaan akan menghampirimu. Jika sulit untuk bersyukur, coba sesekali kamu pergi ke panti asuhan atau tempat yang menampung orang-orang berkebutuhan khusus. Bantulah mereka dan lihat apa yang akan terjadi.
Share:

Followers

Search This Blog

Embun yang Dingin / Lautan Cinta

  Berikut ada 14 bagian masa-masa Lay Zhang bersama EXO: Panas yang Hebat / Pertama kalinya aku diatas panggung Akhir dari Panas / Api Embun...

Daily Blogger Pro Review Competition

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.