Sabtu, 20 Juli 2019

My New Chapter of Life

Source: freeimages.com
Sudah lama ya, tidak menulis di blog ini. Wah banyak sekali yang terjadi sebenarnya. Bahagia, senang, sedih, kecewa, stress semuanya jadi satu. Yeah, namanya juga hidup, tentu ada bumbu-bumbu MSG di setiap masalah yang dihadapi. Post kali ini adalah sebagai pengingat diriku sekaligus pelajaran untuk semua. Aku akan mengambil garis besar dari prosesku menjadi dewasa. Untuk diriku di masa depan, jika kau kehilangan arah lagi atau merasa benar-benar berada di bawah banget, baca baik-baik tulisan ini.

1) Popularitas apakah penentu kebahagiaan?
Source: stocksy.com
         Sebenarnya aku tidak pernah mengharapkan popularitas sama sekali. Cerita ini bermula ketika aku mendapatkan bayaran nge-sub dari teman Cina-ku. Karena merasa bermanfaat dan kebetulan aku lagi bucinnya nge-fans sama Zhang Yixing a.k.a Lay EXO (sampai sekarang pun masih suka stalker di Twitter haha), yaudah deh akhirnya aku menawarkan diri untuk membantu fans yang lain yang juga kebetulan fanspage favoritku, nge-sub salah satu acara yang dibintangi oleh Yixing. Kita berdua berusaha keras dari awal sampai akhir episode untuk nge-sub acara itu. Walaupun jauh dari kata sempurna, ternyata website besar Indonesia pun banyak yang asal comot hasil sub video kita. Dan, akun fanpage yang aku buat, ramainya bukan main. hp bunyi terus karena banyak DM masuk. Karena aku orangnya enggak biasa dapet DM sebanyak itu dan engga enakan juga kalau engga dibales, aku balesin aja satu-satu. Isi DM mereka emang bisa bikin senang atau engga kesel haha. Kebanyakan isinya adalah support dan juga tukang nagih minta di sub cepet-cepet. Belum juga harus berkutat dengan website yang asal nindih watermark hasil karya kami. Disitu aku punya banyak kenalan online dari berbagai daerah dan juga beberapa negara. Setahun megang akun fanpage itu, aku akhirnya nyerah. Kehidupanku yang sebelumnya lebih sepi dan damai, tiba-tiba super ramai menjadi terasa seperti aku kehilangan diriku yang sebenarnya. Aku kok ngerasa kayak lebih jadi ke attention seeker. Padahal dulu aku orangnya apa adanya, kalau engga suka yaudah bodo amatan gitu lah. Jadi tuh rasanya enggak enak, biasanya dapet berpuluh puluh pesan terus tiba-tiba mulai berkurang atau mengharapkan orang lain peduli nyatanya tidak sesuai harapan. Fix, pokoknya rasanya udah enggak sehat, ke bodo amat-an ku terkikis sudah wkwk. Daripada aku mengharapkan sesuatu yang tidak pasti dan merasa udah engga bermanfaat bagi orang lain, aku out dari fanpage ku sendiri haha. Aku pun kembali mencari diri ku yang bodo amat-an itu wkwk.
           Disini, aku bisa menarik kesimpulan bahwa aku memang tidak cocok dan tidak dilahirkan untuk sebuah popularitas. Agar sebuah popularitas terus eksis butuh usaha terus menerus, yang menurutku lebih condong untuk menyenangkan orang lain. Awalnya aku mengira membuat orang lain senang bisa menumbuhkan rasa bermanfaat di diri ini. Memang itu benar, tapi sayangnya aku tidak bahagia. Jadinya capek sendiri, dan aku tersadar menyenangkan semua orang bukanlah tugas ku.

2) Berdamai dengan diri sendiri dan juga love-hate friendship?
Source: pinimg.com
           Ini adalah cerita sebuah love-hate friendship yang menunjukkan seberapa ngeyel-nya aku untuk mempertahankan pertemanan ini haha. Jangan ditiru ya. Jadi intinya tuh, aku terlalu mengharapkan semuanya akan berjalan sama dari waktu ke waktu. Aku mungkin terlalu nyaman dan terlalu berharap akan terus bahagia dengan berteman seperti ini. Terlalu banyak kenangan indah dan berkesan yang pada akhirnya hanya akan membuatku kecewa karena semuanya sudah engga sama seperti dulu lagi. Dari rasa kecewa itulah, mungkin aku menyakiti temanku sendiri tanpa kusadari. Yeah, walaupun kita berusaha terus memperbaikinya namun tidak berhasil. Ujung-ujungnya kembali ke negative thinking lagi. Karena sama-sama enggak menemukan titik temu, kita pun jadi capek sendiri karena berusaha memahami dan mengerti. Aku pun dulu mengira beda pandangan itu udah biasa, dulu sama sahabatku aja gitu setelah itu baikan lagi. Tapi, yang ini emang beda deh. Mungkin, karena faktor umur, cara berfikirnya makin rumit dan juga masalah makin kompleks. 
            Dan lagi, aku disini kehilangan diriku lagi. Biasanya aku asik sendiri sama kesendirianku, kali ini aku jadi ingin selalu ditemani dan enggak mau sendirian. Ini perubahan yang enggak pernah kusangka sih. Jadi lebih cenderung terlalu bergantung kepada orang lain. Kalau enggak ditemani, rasa kesepian dan kesendirian itu benar-benar udah mengganggu. Akhirnya, karena merasa ada yang enggak beres, aku pun mulai berdamai dengan diri aku sendiri terlebih dahulu. Lebih menerima rasa kesepian dan sendiri ini sebagai waktu evaluasi diri dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Kalau baca satu kalimat ini tuh, keliatan mudah ya. Tapi, realitanya mah untuk keluar dari zona kelam ini benar-benar membutuhkan perjuangan ekstra. Untuk membangunkan jiwa ini yang sudah terlanjur lemah aja butuh support dari beberapa orang. Baru bisa kembali mendekatkan diri ke Tuhan. Disaat masa-masa krusial itu, sayangnya aku harus merelakan love-hate friendship ini. Aku menuliskan surat permintaan maaf dan terimakasih kepadanya karena ia susah ditemui. Pikiranku saat itu, aku harus membebaskan diriku dari rasa bersalah dahulu sebelum kesehatanku semakin memburuk. Terlepas, ia membacanya atau tidak, memaafkan aku atau tidak biar Allah saja yang urus. Setelah itu terlewati, aku merasa lebih damai dan menguat dari hari ke hari. Kesehatanku pun membaik, malah jadi doyan makan tapi tetap langsing wkwk (jangan ngiri ya haha). Aku enggak tau maksud dibalik semua kejadian ini, tapi aku yakin ada jawabannya di masa depan nanti. Yang pasti, sekarang aku mulai menemukan titik terangnya, sembari aku masih berusaha menyembuhkan diri sendiri. Perlahan tapi pasti, aku kembali ke diriku semula namun versi tahan banting dan lebih berani menghadapi masalah.

3) Tentang mimpi, lanjut atau tidak?

Source: ytmig.com
           Kegalauanku muncul melanjutkan mimpi gilaku ini atau tidak karena setelah aku mendapatkan beasiswa pelatihan guru dan bertemu teman dan pelatih dari berbagai negara membuatku sadar akan satu hal. Ketika aku kesulitan beradaptasi, sulit memahami pelajaran, atau benar-benar lagi di titik rendahnya, siapa yang mau menemaniku? Jujur, mereka baik banget, sering aku dibayarin jajan, mau berbagi pengalaman dan juga bertukar pikiran, tapi tetap saja something is missing. Aku bertanya pada diri aku sendiri, apa mimpi gilaku ini lah yang hanya bisa membuatku bangga dan bahagia? Bagaimana kalau seandainya mimpi gilaku ini sebenarnya tidak seindah yang aku bayangkan? Persiapan pun sepertinya jauh dari kata siap. Lalu, aku bertanya kepada diri ku sendiri, sebenarnya apa sih yang aku inginkan? Stuck, namun disisi lain aku ingin mencobanya walau sekali saja. Hmm, apakah pemimpi pernah merasakan ini sebelumnya? Hmm, harus dikaji ulang berarti.
"Masa muda memang penuh kegalauan. Yang harus diingat apapun yang terjadi jangan pernah kehilangan dirimu! Kalau bukan dirimu sendiri, siapa lagi yang lebih memahamimu selain dirimu sendiri?"
Share:

Followers

Search This Blog

Embun yang Dingin / Lautan Cinta

  Berikut ada 14 bagian masa-masa Lay Zhang bersama EXO: Panas yang Hebat / Pertama kalinya aku diatas panggung Akhir dari Panas / Api Embun...

Daily Blogger Pro Review Competition

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.