Tampilkan postingan dengan label job seeker. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label job seeker. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Februari 2018

Kesempatan Demo Teaching di English First

Pengalamanku kali ini sangatlah berkesan karena kesampaian juga bisa lihat proses anak-anak belajar di English First. Aku bisa melihat sistem mereka yang dapat membuat anak-anak umur 6-8 tahun bisa berbicara full English. Wah benar-benar keren! Sistem belajar di English First sama dengan sepemikiran aku, dimana anak-anak diajak mendengar terlebih dahulu lalu mereka mengikuti ucapan yang mereka dengar (speaking), setelah itu baru deh diikuti dengan writing dan reading. Lumayan, bisa jadi referensi kalau ingin membuat tempat les sendiri nanti.

Source: link
 Materinya masih terbilang mudah, kebetulan mereka sedang belajar pets (animal). Disitu, mereka enggak cuma belajar itu aja, mereka juga diberi video cerita tentang bahasa inggris tanpa subtitle. Lalu dari video tersebut mereka diberi latihan soal pertanyaan yang mudah. Tentu saja guru juga membantu menjelaskan cerita tersebut dengan bahasa inggris. Setelah itu mereka diajari adjective atau mendeskripsikan hewan peliharaannya itu seperti smart, silly, fluffy dan masih banyak lagi dengan metode mime (atau memberikan gaya di setiap adjective). Next, ternyata enggak cuma teori aja loh yang diajarkan tetapi Phonics (pengucapan) juga. Ya ampun, seumur-umur aku hidup, aku baru tau phonics saat kuliah wkwk. Anak-anak ini sungguh beruntung bisa membiayai les sebagus ini. Phonics yang diajarkan disini adalah soft C dan hard C, seperti mice /mais/ dan cat /kaet/ lalu diulangi terus menerus atau biasa disebut drilling. Sebenarnya aa satu materi lagi yaitu grammar: expressing like and dislike. Tapi karna kehabisan waktu, materi itu dilanjutkan ke pertemuan berikutnya.

Dari awal kelas dimulai hingga selesai, interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa full bahasa inggris. Enggak ada satu kata patahpun bahasa Indonesia yang keluar. Bagusnya, anak-anak sangat antusias, enjoy dan fokus saat belajar karena diselingi dengan games yang melatih kinestetik anak. Uh, aku masih ingat ada salah satu anak yang selalu menjatuhkan kotak pensilnya berkali-kali di depanku. Refleks aku bilang "jatuh lagi" aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku haha. Malu banget ngomong bahasa ibu sendiri, untung anak-nya ga ngeh dan gurunya juga wkwk. Syukurlah hahaha.

Setelah aku menulis poin poin penting ketika proses pembelajaran berlangsung, aku kembali lagi ke English First untuk melakukan Demo Teaching. Tentu saja, aku harus menyiapkan lesson plan, handout dan keperluan mengajar lainnya. Cukup buat aku mual di pagi hari karena this is for the first time. So, I carried on what I could do until I forgot what I was worried about. Let me tell you what I've got here when I was on demo training. There are 6 teachers, and one of them is an old foreigner (Oh my god, I was quite nervous, he must be already mastered English). Dan ke enam guru itu berakting seolah-olah anak 6 tahun sampai 9 tahun. Ada yang berakting sombong, ada juga yang berakting anak yang kurang motivasi dan juga makan dan minum seenaknya. Untung aja aku udah biasa nemu siswa kayak gitu (bahkan nemu ada yang lebih parah daripada ini). Yaa jadi aku bertindak tegas lah, kalau salah ya salah. Uhm, to be honest, proses mengajarku lumayan berantakan, my English so bad really, especially the pronunciation. Karena enggak biasa mengajar dalam bahasa Inggris. From now on, I will try to teach in English more, then! Walaupun mungkin awalnya siswaku menolak habis-habisan haha. Tapi aku yakin mereka pasti akan paham sendiri. Karena bahasa adalah kebiasaan, so get ready my students! Masak kita kalah sih sama anak yang lebih muda daripada kita? We learn English not to answer questions on sheet, we learn English to speak up, to give and get information like we use native language! There's no have to worry to speak, although you always meet mistake. At least, you have tried, right? And make improvement. That's better than still using native language.

After I finished my demo teaching, they discussed it for around 10 minutes. Then, mereka memberitahuku positif dan negatif ku saat mengajarku tadi. Seperti yang kuduga, speaking-ku masih banyak yang harus diperbaiki, tapi untuk kegiatan mengajarnya sudah oke. Ahh aku jadi inget hasil tes yang EF terakhir kali dengan saat ini. Naik 2 point cuy haha, lambat banget ya haha. It's okay, nanti aku bisa ambil les IELTS saat pendaftaran sudah dibuka. Karena belajar sendiri enggak efektif, enggak ada yang bisa diajak bertukar pikiran atau sekedar menantang kemampuan satu sama lain. I hope I meet somebody who encourages me to improve my speaking there.

Kali ini ekspektasiku enggak muluk-muluk lah ya, kalau diterima Alhamdulillah, kalu enggak juga enggak apa-apa. Kenapa? Karena English First ini jadwalnya terlalu padat, setiap hari Senin-Sabtu harus kerja dari jam 1 siang sampai jam 8 malam, kecuali hari sabtu mula dari jam 10 pagi. HRD memberitahu padaku bahwa jadi guru di English First ini enggak cuma ngajar doang dan juga proses administrasi yang bisa dibillang banyak. Duh, ini sama aja kayak sekolah formal dong ya. Plus, kemungkinan tekanan disana juga lebih banyak. So, setiap tempat les pasti ada plus-minusnya juga sih. Yahh, nikmatin aja lah ya kesempatan emas ini dan prosesnya. Makasih banyak buat guru-guru dan karyawan disana yang welcome dan baik-baik disana.
Share:

Senin, 12 Februari 2018

Pengalaman Melamar Kerja di Eye Level

Pejuang pencari loker ternyata masih berlangsung, kali ini dapat tes dan sesi interview dari Eye Level dari Institut Penelitian Pendidikan Daekyo, tempat les khusus Bahasa Inggris dan Matematika untuk anak-anak TK sampai SMP. Ternyata pendiri Eye Level ini sendiri adalah orang Korea yang didirkan oleh Young Joong Kang PhD dan telah diakui sebagai perusahaan pendidikan No.1 di Korea. Ya ya ya, kayaknya Korea memang lagi naik daun banget ya. Saking banyaknya lamaran yang aku kirim, aku sampai enggak ngeh sama tempat les ini hehe. Untuk persyaratan lamarannya cukup unggah file Resume dan isi biodata di jobstreet. Setelah itu tinggal tunggu panggilan alam, eh maksudnya panggilan kerja hehe. Alhamdulillah dapet panggilan tes dan wawancara.

Source: link
 Jenis tes-nya enggak serumit kayak pertama kali aku ngelamar kerja di English First. Kali ini lebih santai dan hanya tes psikologi yang sudah pernah ku diskusikan dulu saat aku masih mahasiswa dengan teman SMA-ku yang sekarang masuk jurusan psikologi (Berterimakasih banget sama temenku satu ini, Alhamdulillah aku lolos tes psikologi ini) . Langsung cus aja tes psikologi kayak gimana sih yang dimaksud.

1. Mengisi lembar form
Source: link
 Hampir sama dengan sebelumnya, mengisi lembar form yang berisi biodata kita, pengalaman kerja, pernah les dimana aja, riwayat pendidikan, anggota keluarga, riwayat kesehatan, gaji yang diharapkan dan masih banyak lagi. Sedikit berbeda dari EF, disini ada tambahan yaitu menjelaskan kelebihan dan kelemahan pelamar miliki dan sifat apa yang dibutuhkan dalam mengajar. Beruntungnya, aku sudah mendalami kepribadianku sendiri dan mengisi dengan sejujur-jujurnya. Walaupun agak sedikit merayu juga sih haha, biarin namanya juga usaha wkwk.

2. Menggambar orang
Source: link
 Disinilah letak kepribadian (mungkin) kita dianalisis. Jadi, aku diberi selembar kertas, kertas depan diisi dengan gambar satu atau dua orang yang sedang melakukan sesuatu. Sedangkan kertas belakang diisi dengan nama, umur, cita-cita, orang itu sedang melakukan apa, kelemahan dan kelebihan. Aku melirik temanku sebelah yang asik menggambar, gambarnya bagus dan rapi sedang menggambar seorang wanita cantik berkerudung sedang mengajar di depan kelas. Oke, menurutku itu terlalu mainstream. Semua pelamar pasti kepikiran seperti itu juga. Aku pun mengambil inisiatif, karena tempat les ini diperuntukkan anak-anak kecil yang terlewat dipikiranku adalah ibuku yang telaten mengajariku saat aku masih kecil. Bahkan aku masih inget bentakan sayangnya karna daya tangkapku yang bisa dibilang lambat daripada anak lain hahahah. Juga, aku adalah penggemar pertama dan kelas berat ibuku. Dengan percaya diri aku menggambar ibuku yang sedang mengajari aku yang masih kanak-kanak. Walaupun enggak sebagus gambar seperti tetangga sebelah, tapi aku tau dan yakin psikolog enggak menilai gambarnya bagus atau tidak. Tapi dari kepribadian dan juga lingkungan yang dituangkan di dalam gambar yang aku buat.

3. Menggambar pohon
Source: link
 Pohon ibarat mendeskripsikan kondisi keluarga. Akar diibaratkan seberapa dalam hubungan kita antara keluarga, buah mendeskripsikan seberapa harmonis hubungan dengan keluarga, bahkan detail ranting dan daun juga diperhitungkan. Saat itu, seperti biasa diberi kertas selembar lagi dengan aturan yang sama. Namun diisi dengan nama pohonnya aja dan pohon itu harus berakar tunggang. Aku pun menggambar pohon mangga dengan akar tunggang yang menancap dalam sampai mendekati ujung kertas, ranting dan daun yang lumayan mendetail hingga mendekati atas kiri kanan ujung kertas dan banyak buah mangga yang siap dipetik. Sehingga gambarku terkesan full dan juga mendeskripsikan hubungan keluarga yang positif.

4. Tes logika
Source: link
Dari berbagai macam tes psikologi yang pernah aku temui, yang paling menyebalkan ya tes logika. Ketika aku harus bertemu dengan deret angka lagi. Kali ini, selain tes deret angka, ada tes sinonim bahasa Indonesia dan Inggris. Awalnya sih mudah tapi makin kebelakang makin susah. Hanya 20 menit waktu diberikan untuk mengerjakan 50 soal tes logika. Dan diisi semampunya aja. Dari 50 soal, sekitar 25 soal aku bisa jawab. Duh kalo ini enggak tau deh ya lolos apa engga wkwk.

5. Wawancara
Source: link
Wawancara kali ini menurutku lucu. Ketika sang pelamar yang harusnya banyak ngomong dan show off kemampuan retorika kita, tapi ini pewawancaranya yang lebih banyak ngomongnya. Wah, aku malah bersyukur jadi enggak grogi hehe. Dan tanpa aku ngomong Korea satu kata pun, dia malah ngomongin pemilik pemuda tampan yang memiliki tempat les ini yang mampir beberapa bulan sekali, dan dia recommend kalau bisa bahasa Korea. Duh mbak, aku cuma bisa ngomong anyyeonghaseyo doang dan lagipula udah kaga bisa ngeliat orang yang lebih tampan selain .... (isi sendiri haha) Menurutku, HRD adalah orang ter-php yang pernah kutemui, kadang juga SKSD. Wajarlah ya, soalnya mereka membawa nama perusahaan dan ingin memberikan kesan positif untuk perusahaan.

Karena ini lamaran kedua, enggak se-grogi yang dulu dan lebih percaya diri juga nyaman dengan diri sendiri. Mungkin karna lebih relax, Alhamdulillah aku dapat kesempatan untuk practical training yeay! Cerita practical training akan berlanjut di posting selanjutnya. Stay tune gaes!
Share:

Followers

Search This Blog

Embun yang Dingin / Lautan Cinta

  Berikut ada 14 bagian masa-masa Lay Zhang bersama EXO: Panas yang Hebat / Pertama kalinya aku diatas panggung Akhir dari Panas / Api Embun...

Daily Blogger Pro Review Competition

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.