Minggu, 11 Februari 2018

Go Back to Tidung Island

 Setelah dua tahun kemudian, kesampaian juga sekeluarga jalan-jalan ke Pulau Tidung. Kali ini no minimal budget alias gak berhemat. Alhasil, yang awalnya naik perahu kayu seharga Rp 50.000 diganti dengan kapal Bahari Express seharga Rp 75.000. Soal kenyamanan dan kecepatan memang kapal Bahari Express yang bagus karena di fasilitasi TV,AC, colokan dan kantin. Kapal ini hanya butuh 1,5 jam sampai di pulau Tidung, berbeda dengan kapal kayu yang membutuhkan 2,5-3 jam. Namun, kapal kayu berangkat lebih dahulu jam 7.30, sedangkan kapal yang kami tumpangi berangkat jam 8.15. Lucunya, menurut pengalamanku dua tahun lalu, kapal berangkat jam 7 namun mungkin karena liburan tahun baru jadinya berangkat jam 8. Kami yang sampai di pelabuhan jam setengah tujuh, akhirnya menunggu dengan perut keroncongan karena belum sarapan. Setelah naik kapal, kami mendapatkan seat lantai satu paling depan. Namun, orang tua lebih suka duduk di teras luar lantai dua. yang goyangannya terasa memusingkan saat kapal masih di pelabuhan. Aku dan adik-adikku duduk manis di seat lantai satu, membiarkan ibu dan ayahku berduaan di kapal hahahaha. Tapi itu gak bertahan lama, karena kapal mulai berlayar dan air laut cokelat berubah menjadi kebiru-biruan. Aku kembali ke lantai dua, melihat pemandangan laut dan juga pulau-pulau kecil yang kapal kami lewati. Kami pun berfoto-foto ria di atas kapal sambil makan pop mie dan minum kopi.
Di lantai 2 kapal Bahari Express                 Source: Pribadi

Setelah sampai di pulau Tidung, seperti biasa disuguhi dengan air laut yang biru dan jernih. Entah ada angin apa, tiba-tiba ada bapak-bapak mendekatiku menawarkan homestay di dekat laut dengan harga Rp 300.000 per malam dengan fasilitas 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, AC, TV dan air galon. Cukup terbilang standar untuk harga saat musim liburan. Sangat nyaman tempatnya karena keluar, langsung disuguhi pemandangan laut biru yang tenang, bahkan bisa berenang di laut bersama ikan-ikan lainnya. Kami pun menginap sehari dan sekaligus mengambil paket snorkeling, banana boat, dan donat boat plus foto dengan harga 150.000 per orang. Hmm, sebenarnya agak mahal sih, tapi yaudahlah ya.
Laut depan homestay     Source: Pribadi
Setelah membereskan barang-barang, kami berjalan kaki menuju ke jembatan cinta. Aku kira dekat, ternyata lumayan jauh. Sempat ditawari sepeda tapi ibuku menolak karena males goes sepeda dan akhirnya jami naik bentor becak motor seharga Rp 20.000 sekali jalan. Sesampai di jembatan cinta, kami berjalan lagi menuju ke pulau Tidung kecil. Karena aku udah pernah posting solo backpacker ke Pulau Tidung sebelumnya, tinggal klik aja kenapa kok namanya jembatan cinta. Setelah puas foto-foto, kami kembali ke tempat penginapan untuk beristirahat sebentar sambil menunggu guide kami datang kita. Karena homestay yang terlalu nyaman, kami semua tertidur pulas, kecuali adikku yang laki-laki karena ia khawatir kalau guide-nya datang (ciee guide aja ditungguin, apalagi kamuu hahah).
Source: Pribadi
Akhirnya yang ditunggu datang juga, sekitar jam 3 sore kami berangkat ke spot snorkeling naik kapal dari Jembatan Cinta dan oh my god. Ombaknya bisa dibilang cukup keras. Hidung dan mulutku slalu kemasukan air laut dan rasanya asin dan pedih. Beruntung aku mendapatkan momen pas saat foto bersama dengan ikan-ikan kecil. Sayangnya, foto-foto itu berupa CD dan saat kucoba di PC, CD-nya enggak bisa dikeluarin wkwk. Yasudahlah, nanti dibongkar aja PC-nya. Next, setelah puas snorkeling kami pun lanjut banana boat dan donat. Untuk pertama kalinya kami menaiki banana boat dan juga donat. Donat? Apa itu donat? Jangan pikir donat yang kalian makan ya wkwk. Bukan, itu sejenis kayak banan boat cuma ini bentuknya bulet kayak donat dan lebih seru lagi daripada banana boat. Jadi, kami diputar-putar berkali-kali sampai-sampai donat-nya naik-turun karena kecepatan boat yang lumayan tinggi. Wah seru deh pokoknya.
Pantai di Pulau Tidung Kecil                 Source: Pribadi
 Sekitar jam 5 kami pun kembali ke homestay, namun aku, ibu, dan adikku yang paling kecil keluar lagi. Kalau Jembatan Cinta itu pantai sebelah Timur maka kami menuju pantai sebelah barat untuk menikmati sunset. Kami menyewa motor sehari dengan harga 100.000 ketimbang naik bentor yang bisa bikin kantong jebol. Sampai disana, pantainya hmm bisa dibilang masih bagus di pantai dekat jembatan Cinta ya. Tapi lumayan buat foto-foto sunset. Sambil menunggu sunset kami pun bermain di taman bermain buatan Pak Ahok. Dan tamannya itu keren dan layak banget buat tumbuh kembang anak. Jujur aja, disekitar rumahku udah enggak ada lagi tuh yang namanya taman bermain dan kasian anak-anak jaman sekarang lebih aktif jari-jarinya ketimbang tubuhnya (termasuk aku wkwk). Setelah puas foto-foto sunset, kami pergi cari makan dan jatuh pada pilihan udang haha. Mungkin kalau kalian postingan-postingan sebelumnya pasti udang ini selalu menjadi primadona setiap kali jalan-jalan. Kenapa? Karena rasanya yang gurih dan enak dimakan. Juga, aku mau tau hidangan seafood apa aja di berbagai daerah Indonesia. Setelah membelinya kami langsung ke homestay karena ayah dan adikkku mungkin sudah kelaparan sedari tadi hahaha. Kami pun menikmati makan bersama walaupun udang asam manis-nya sama aja kayak di Jakarta wkwk. Setelah itu tidur lagi wkwk. Jangan tanya kenapa kami slalu melewatkan malam barbeque karena kami terlalu lelah di perjalanan wkwk.
Taman bermain di Pulau Tidung               Source: Pribadi
Pantai sebelah barat            Source: Pribadi
Pagi-paginya kami naik motor menuju Jembatan Cinta lagi untuk berburu sunrise. Di perjalanan kami membeli nasi uduk dambil menikmati sunrise. Yeah kami dapet sunrise-nya sih tapi udah keburu keataas matahirnya alias kesiangan haha. Setelah sarapan kami jalan-jalan lagi kali ini ke tempat alun-alun dekat laut. Keren, Saat kaki kami masuk ke dalam laut, kami bisa melihat ikan-ikan kecil berkeliaran di air laut yang jernih. Setelah puas menikmati pemandangan, hanya aku dan adik-adikku kembali ke homestay dengan naik motor, sedangkan ibu dan ayah asik jalan kaki berduaan (yang single mohon bersabar wkwk). Bisa dibilang ini pertama kalinya kami sekeluarga bisa piknik bareng-bareng apalagi bisa sampai nginep dan sejak itu ibuku jadi ingin jalan-jalan sekeluarga lagi. Oke sip deh, aku juga.
Sunrise                 Source: pribadi

Daann disini letak kelucucan terjadi, kami hampir ketinggalan kapal menuju ke Jakarta! Menurut pengalamanku sebelumnya kapal kembali ke Jakarta saat siang hari tapi ternyata kapal Bahari Express berangkat pagi dan kami kehabisan tiket. Terburu-buru kami check out homestay dan menuju ke pelabuhan. Ibuku enggak mau naik kapal kayu dia maunya kapal Bahari Express. Akhirnya setelah tanya sana-sini dengan harga Rp 100.000 per orang, kami dapat kapal Bahari Express versi kecil yang hanya muat 70 orang. Yah setidaknya kami masih bisa pulang ke Jakarta wkwk.

Yah, begitulah pengalaman jalan-jalanku dari solo backpacker ke family trip. Perubahan 2 tahun yang lalu di pulau ini sangatlah berbeda. Kalau dulu pulau ini masih minim pembangunan dan masih banyak tanah lapang tapi kali ini terasa sempit karena banyaknya pembangunan seperti sekolah. Sehingga sifat alaminya terasa kurang dan juga penduduk lokal biasanya ramah-ramah. Next time, semoga bisa jalan-jalan lagi ke pulau yang berbeday Aamiin. Bye bye!
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Search This Blog

Embun yang Dingin / Lautan Cinta

  Berikut ada 14 bagian masa-masa Lay Zhang bersama EXO: Panas yang Hebat / Pertama kalinya aku diatas panggung Akhir dari Panas / Api Embun...

Daily Blogger Pro Review Competition

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.