Jumat, 18 Januari 2019

Singapura: Empat Ras Satu Harmoni (Part 1)

Setelah puas liburan keluarga di Belitung, selanjutnya trip ke Singapura ala backpacker hanya dengan 3 jutaan selama 3 hari 2 malam. No guide, enggak pake travel agent cuma berbekal baca blog orang sama tanya temen. Semuanya sudah termasuk hotel, pesawat PP, transportasi dan makan 5 kali haha. Itu belum termasuk oleh-olehnya yaaa. Sebenernya, rencana trip kali ini terbilang nekat dan banyak drama. Awalnya temanku yang mengajakku kesana tapi dia sedang berhalangan ikut dan akhirnya aku ajak saja adik kelasku wkwk. Dan juga karena ini penerbangan luar negeri pertamaku, beberapa anggota keluarga mungkin mengkhawatirkanku (?) Yahh namanya juga jiwa anak muda yang masih penasaran sisi lain dari negeri orang. Karena aku perempuan dan masih muda, waktuku mungkin engga sebanyak ini dan masih belum banyak tanggung jawab. So, tetep tancep gas dan mengambil resiko. Kebetulan aku punya temen juga dari Singapura yang bisa ditanya tempat menarik disana tapi sekarang sudah enggak tinggal disana lagi. Pertama kali aku bertanya dengannya, dia bilang Singapura adalah negara yang aman untuk para traveler wanita. Dan benar saja, perjalananku ke Singapura dari awal sampai akhir benar-benar mulus. Rasanya beneran kayak liburan dan puas banget. Penasaran gimana caranya liburan ke Singapura dengan low-budget? check it out guys!

Narsis dulu bareng gedung Marina Bay Sands (Source: Pribadi)
 1. Pesan Tiket Pesawat dan Booking Hotel
Awalnya, aku dan temanku booking tiket pesawat PP sebulan sebelum keberangkatan. Kami mengambil tiket sesuai jadwal yang kami inginkan dan juga yang termurah wkwk. Kami pun dapat potongan harga dari tiket.com (aku lupa berapa potongan harganya) yang pasti satu orang 1,04 juta. Murah meriaah.
"TIPS untuk mendapatkan tiket pesawat dan hotel murah: hindari hari libur dan sering cari diskon di app tertentu. "
Setelah urusan tiket pesawat beres, selanjutnya booking hotel. Aku menunggu diskon promo hotel gede-gedan dari tiket.com di tanggal tertentu. Biasanya, tiket.com mengadakan diskon ini di hampir akhir bulan. Jadi, jangan sampai ketinggalan hehe. Kali ini, hotel yang aku pilih jatuh kepada Santa Grand Hotel Bugis. Kenapa? Alesannya simple: dekat dengan dua masjid, banyak pohonnya dan dekat dengan MRT dan bus stop. Sudah survey di beberapa hotel, tapi tetap sudah klop dengan ini hotel karena suasananya beda dari Jakarta yang kurang akan penghijauan dan yang pasti kalau mau makan makanan halal gampang dan dekat. Ada hal yang lucu sekaligus ngenes saat kami booking hotel ini. Hari pertama diskon besar-besaran dibuka. Tapi hotel yang kami incar tumben hanya berkurang sedikit lalu harga kembali naik. Kami harap-harap cemas karena kamar yang termurah hanya tersisa dua lagi. Padahal, kalau di hari diskon seperti ini kamar basement yang biasanya per malam satu juta bisa mecapai 700 ribu per malamnya. Akhirnya, kami terpaksa buru-buru booking, takut kehabisan kamar. Karena kami menginap dua malam, alhasil 2 juta melayang. Karena satu kamar berdua, kami share cost, jadi satu orang hanya bayar 1 juta hehe. Dan setelah aku transfer uangnya, tiba-tiba saat aku cek lagi sudah turun harga kamarnya menjadi 700 ribu! dan kamar yang ada jendelanya hanya 1 juta. Yeee selamat! Anda belum beruntung wkwk. Yaudahlah mau gimana lagi, daripada kehabisan kamar. Memang hotel ini agak pricey alias mahal, tapi bener-bener sebanding dengan pelayanannya dan juga fasilitasnya, walaupun masih murah di hotel Belitung tapi wajarlah ya hotel ini kan di Singapura wkwk.

2. The Journey Begins
Saat hari H, kami berangkat jam 5.30 karena jalanan Jakarta yang susah diprediksi akan kemacetan dan juga kebetulan saat itu hari Senin. Padahal keberangkatan kami jam 9.45 pagi, tapi tetap kami harus check in 2 jam sebelumnya. Dan Alhamdulillah, enggak macet jam 6.30 kami sudah sampai di Bandara Soekarno-Hatta. Kali ini adalah penerbangan pertamaku keluar negeri. Aku tau ini keliatan norak tapi aku enggak peduli karena liburan kali ini pure dari uang hasil kerja kerasku. Akhirnya hari itu tiba juga, akan kubuktikan aku akan baik-baik saja di negeri orang dan aku bisa jaga diri. Sampai di Terminal 3, kami berfoto-foto ria di taman buatan sana. Terminal 3 lebih terkesan artistik dan juga modern daripada terminal 2. Hmm mungkin karena terminal ini dikhususkan penerbangan internasional kali ya. Next, setelah check-in kami menunggu lagi sekitar 30 menit karena gate-nya belum dibuka. Saat kami menunggu, kami belajar bahasa Cina setelah ada pemberitahuan dari Garuda dengan bahasa Cina. Kami tertawa saat mengikuti logat mbak-mbak penyiarnya berbicara bahasa Cina. Kami tidak sadar, kalau pasangan yang duduk di sebelah kami bisa berbahasa Cina. Akhirnya, kami diam seribu bahasa. Betapa gilanya kami tertawa tadi haha.

Foto dulu bareng Singapore Airlines yang notabene-nya pesawat mewah wkwk (Source: Pribadi)
 Dannn akhirnya pesawat berangkat. Kami naik pesawat Scoot dan baru pertama kali aku merasakan ini pesawat kalau lagi berhenti terus bergoyang. Aku dan temanku heran sendiri dan ini malah bikin pusing. Untungnya kami lepas landas dan sampai di Singapura dengan selamat. Sempat pesawat kami memutar lagi karena gagal landing dan oh my god makin kerasa jet lag-nya. huft.

3. Day-1
Karena di Singapura ditambah 1 jam dari jam Jakarta. Seharusnya kami tiba jam 12 siang (waktu Jakarta), tapi di Singapura sudah jam 1 (waktu Singapura). Agak lama kami berjalan mencari loket MRT untuk membeli kartunya dan juga air minum alias tap water. Dari Jakarta, kami harus mengosongkan air minum kami karena kebijakan pesawat. Kalau di bandara Soetta, tap water disana ada yang khusus untuk mengisi air botol. Tapi kalo di Changi Airport, enggak ada. Sedih, pertama kali isi air minum, airnya tumpah kemana-mana. pfftt, berasa ndeso. Oiya karena kami jalan-jalan super hemat. Kami bawa bekal dan makan siang di Changi Airport. Kami duduk di taman buatan yang lebih besar lagi. Kesan pertama disini adalah: banyak sekali ras-ras disini dan mereka ngomong pakai bahasa mereka masing-masing. Oh mungkin, karena ini masih dibandara jadi masih belum kedengeran Singlish (Singapore-English-nya). Aku lihat staff-staff disana, mempunyai wajah yang beragam, paling banyak adalah dari India dan Cina. Sempat saat mau keluar dari imigrasi, kebetulan mas-masnya wajah Melayu. Saat aku tanya dengan bahasa Inggris, dia malah jawab dengan bahasa Indonesia atau Melayu. Padahal ingin melatih speaking bahasa Inggrisku wkwk. Dan itu jadi keterusan, orang-orang Melayu disana bahkan saat aku belanja, ada orang Cina yang ku tanya dengan bahasa Inggris tiba-tiba dijawab lagi dengan bahasa Melayu dengan logat khas Cina-nya. Kecuali, kalau kamu berhadapan dengan orang India, mereka akan jawab bahasa Inggris seratus persen. Memang tujuanku disini, ingin mengetes seberapa keberanianku ngomong bahasa Inggris dan benar saja, ada kalanya aku kagok haha. Untungnya mereka mengerti apa yang kumaksud. Next, kemampuan listening-ku benar-benar parah. Sering kali aku menemukan orang dengan pronounce (ucapan) bahasa Inggris yang jarang sekali aku dengar. Jadi, kadang enggak ngeh apa yang mereka maksud. Dari sini aku merasa bahwa listening bukan terfokus dari apa yang mereka ucapkan kata per kata, tapi makna dan maksud yang ingin mereka sampaikan dengan logika. Haha, sometimes I feel stupid on there but it's okay, I will get used to this. 

Urusan imgrasi selesai, sekarang udah ketemu loket tempat membeli kartu MRT. Agak ribet menemukannya, karena Changi Airport sama luasnya akyak Bandara Soetta. By the way, kami sudah surfing di google kartu apa yang ingin kami pakai. Ada dua kartu yang ditawarkan, kartu EZ-link dan kartu Tourist pass. Kartu EZ-Link ini kayak kartu busway transjakarta, kalau engga ada isinya ya harus ke loket dulu buat ngisi. Kalo tourist pass lebih mudah. Enggak perlu ngisi lagi, tinggal pakai dan mau naik MRT, LRT atau bus berkali-kali dan sepuasnya juga bisa alias unlimited. Lebih hemat mana? jawabannya sama ajalah. Tergantung pemakaian juga. Karena 3 hari full disana kami wara-wiri di berbagai tempat, makannya aku memilih kartu Tourist Pass. Lebih simple nggak perlu ngisi-ngisi top-up lagi. Harganya cukup mahal 30 dollar = 3 hari. Tetapi 10 dollarnya nanti di kembalikan saat kalian mengembalikan kartunya ke loket lagi.

Suasana jalan di depan Santa Grand Hotel Bugis (Source: Pribadi)

Orang-orang disini bahkan turis harus terbiasa berjalan kaki (Source: Pribadi)
Selanjutnya, waktunya ke Santa Grand Hotel Bugis yeayyy. Naik MRT enggak bingung karena ada petanya. Tapi yang bingung adalah pintu keluarnya. Untungnya temanku itu prepare banget trip-nya dan ingat jalan mana yang harus dilewati. Dari Changi Airport kami turun di Bugis Station. letaknya 500 meter dari hotel. Lumayan, olahraga jalan kaki. Kesan pertama saat keluar dari Bugis Station adalah jalanan-nya yang tertata rapi dan ramah sekali dengan pejalan kaki. Trotar disana lebar dan banyak pohonnya. Awalnya kami merasa hawa disana terasa panas tapi enggak sepanas Jakarta, masih terasa adem berkat pohonnya yang rindang. Saat kami menyebrang pun, dengan sabar pengemudi mobil disana menunggu kami selesai menyebrang. Disana terkesan tau aturan, kalau lampu merah ya berhenti, dan tidak melewati batas zebra cross. Seger banget di mata dan enggak bikin mumet (pusing) wkwk. Padat tapi tersusun rapi dan beraturan. Ditambah lagi penghijauannya di sepanjang sisi jalan. Ah... benar-benar berasa liburannya.

Setibanya di hotel, kami check in dengan menunjukkan bukti sudah booking dari tiket.com dan menyiapkan uang deposit. Uang deposit di hotel ini sebesar 100 SGD (setiap hotel mempunyai kebijakan yang berbeda-beda) yang nanti dikembalikan saat check out nanti. Karena aku berdua jadi patungan 50 SGD masing-masing. Walaupun kamarnya di basement, lebih dari cukup untuk tempat istirahat yang nyenyak karena difasilitasi dengan TV, kulkas kecil, lemari besi (untuk menyimpan uang) dan juga pemanas air, kopi dan teh. Untuk kamar mandinya kecil tapi bersih. Fasilitas perlengkapan mandinya juga diluar ekspektasi, seperti hair dryer, alat-alat pembersih wajah, sisir dan kertas karton. Kalau sikat gigi, odol, shampoo, sabun, handuk dan head cap sih itu wajib ada di setiap hotel berbintang 3 keatas. Pusing karena jet-lag, akhirnya aku memutuskan mandi dengan air hangat. Kepala lebih ringan dan waktunya ganti kostum, yeayy.
"TIPS: Selalu cek kebijakan hotel masing-masing. Biasanya setiap hotel punya ketentuan harga deposit yang berbeda-beda. Jangan sampai kalian cuma makan angin gara-gara kehabisan duit buat bayar deposito hehe"
Menaiki bus tingkat menuju ke Marina Bay (Source: Pribadi)

Marina Bay Sands Hotel (Source: Pribadi)
 Selesai istirahat sebentar dan bersih-bersih diri, dengan semangat 45 kami meluncur ke Marina Bay. Tempat dimana Merlion alias Singa muntahin air bersemayam disana. Kali ini kami mencoba bus yang hanya beberapa langkah dari hotel. Namun, bodohnya kami adalah kai benar-benar blank ke arah mana, naik bus berapa untuk menuju ke Marina Bay. Tips lagi nih buat kalian yang mau ke Singapura, jangan lupa beli kartu Singtel, agar kemana-mana mudah dan enggak gampang nyasar. Harganya lagi-lagi mahal, 30 SGD untuk seminggu dan kalian bisa membelinya di Seven Eleven. Wajar sih ya isi kuotanya nyampe 100 GB. Tapi percuma, aku makenya ya cuma 2 hari wkwk. Ok, setelah nanya ke mas-mas yang membersihkan halte, kami akhirnya naik bus nomer 133. Di halte, ada map dan daftar bus stop-nya. Bus stop yang kami tuju Adalah Halte Marina Bay. Tapiii, ternyata bus kami tidak melewati halte itu. Seharusnya turun di halte Bayfront wkwk. Alhasil kami turun di halte selanjutnya dan berjalan kaki lumayan jauh. Ingin naik bus lagi, tapi merlionnya udah keliatan. Yaudahlah ya, sekalian olahraga. Toh di Jakarta pun hampir enggak pernah jalan kaki hahahaha.
"TIPS: Siapkan 30 SGD untuk membeli kartu Singtel 100 GB untuk pemakaian seminggu. Tanpa kuota, kamu bisa terus kesasar dan jadi buang-buang waktu."
Singa Muntah di Singapore wkwk (Source: Pribadi)
 Setelah puas foto-foto bareng Singa muntah, kami memutar menuju ke Marina Bay Sands Singapore. Serius, aku disana terlihat gila saat masuk ke dalam 3 gedung pencakar langit itu dengan perahu diatasnya. Gimana enggak? Saat kami memasuki kawasan The Shopee Marina-nya, kami disambut dengan lampu gantung yang besar sekali, cahayanya begitu cantik dari luar. Kami pun penasaran dan menemukan dibawahnya ada kumpulan ikan, jika kalian berdiri diatasnya kumpulan ikannya akan menghindari injakan kaki kalian. Tentu saja itu bukan ikan beneran, itu ikan gambar dengan kecanggihan teknologi di dalamnya. Karena saking kreatifnya, untuk menginjak ikan itu, kita harus bayar. Entahlah berapa harganya karena hari menjelang malam dan kami sudah lapar. Akhirnya kami nongkrong di foodcourt mall sana. Kami benar-benar blank mau makan apa, karena kebanyakan Chinese food dan lumayan merogoh kocek hingga lebih dari 10 dollar. Kami juga, sudah berkeliling foodcourt untuk mencari makanan halal tapi nihil. Ada satu toko yang menjual makanan khas Melayu dan yang pasti murah. Nasi Lemak hanya 6 SGD. Lagi-lagi saat kami memesan dengan bahasa Inggris, dijawab sama mereka dengan bahasa Melayu. Pengen ketawa rasanya, ketawa karena keinginanku untuk bicara full English tidak terpenuhi wkwk. Untuk pertama kalinya, aku makan makanan khas Malaysia. Suapan pertama dst, masih enak. Nasinya menurutku agak keabuan, dan ayamnya bebas minyak. Sambelnya enak juga dan nendang pedesnya. Tapii saat suapan hampir terakhir, rasanya eneg. Aku enggak tau ya, kata temenku rasanya kayak nasi uduk. Tapi aku ngerasa nasi uduk enggak seaneh ini rasanya. Kayak ada rempah-rempah yang dicampur ke nasinya. Dan ayamnya juga, awalnya enak sih tapi kok kalo makan banyak-banyak jadi aneh? Entahlah, kayaknya aku emang enggak cocok sama makanan disana. Semua makanan nasi dan ayam dari hawker (warung), foodcourt dan KFC menurutku semuanya sama rasanya. Disana, aku bener-bener kehilangan nafsu makan, padahal laper banget. Sekalinya makan, enggak ada yang pas di mulut aku. Enggak ada rasa Indonesia yang bisa bikin puas di lidahku. Pfffttt, akhirnya aku nyerah di hari terakhir di SG untuk hunting kuliner dari berbagai negara. Cuma, sayuran disana aja yang enak, seger rasanya. Apalagi tomat dan kolnya. Nikmat... mungkin kalo aku tinggal di negeri orang, aku jadi vegetarian karena aku selalu mikir walaupun ada logo halalnya apakah ayam dan sapi itu dipotong dagingnya secara Islam? Payah memang, padahal dulu doyan banget ayam KFC pffttt. Untuk pertama kalinya, sedih enggak bisa makan makanan Indonesia. Mana enggak ada tempe dan tahu pula, makanan kesayangan sehari-hari yang enggak ngebosenin wkwk.
"TIPS: makanan halal sebenarnya lumayan banyak di Singapura terutama daerah Bugis."
Setelah makan, kami pun bergegas ke Gardens by the Bay. Rencana kami, kami ingin masuk Cloud Forest, tapi memang bukan rejeki. Hari itu, Cloud Forest lagi Under Maintenance (Dalam Perawatan) Yasudahlah, lagipula kami sudah capek berjalan kaki yang mungkin lebih dari 2 kilo ini. Kami pun berpindah haluan ke Super Tree dimana pohon-pohon besar dirancang sedemikian rupa dan dihiasi dengan lampu yang cantik. Kalau kalian pernah nonton Crazy Rich Asian, tempat ini jadi ikonik. Beruntungnya kami saat sampai disana, pertunjukkan lampu di pohon-pohonya besarnya sangat cantik dan dialuni dengan lagu seperti sereosa (?) intinya khas eropa rasa jadul lah musiknya. Banyak turis disana tidur di atas lantai. Aku dan temanku pun ikutan karena lebih nyaman daripada duduk yang membuat kepala kami pegal karena menengok keatas terus. Sempat video sebentar, lalu aku lepaskan hpku untuk menikmati liburan kali ini. Memandangi lampu-lampu warna-warni yang indah di gelapnya malam hari. Karena lelah, hampir saja aku tertidur. Bayangkan pohon-pohon ini bisa masuk ke kamarku dan menyanyikan lagu pengantar tidur setiap malam.

Super Tree Groove salah satu tempat syuting Crazy Rich Asian Girl (Source: Pribadi)
Setelah pertunjukkan usai, kami pun bergegas memasuki gedung Marina Bay Sands Singapore lagi untuk menemukan pertunjukkan air mancur yang spektakuler. Di perjalanan, kami disapa hangat oleh lampu-lampu yang indah, jalanan raya yang lancar jaya seperti jalan tol dan juga pohon-pohon yang sejuk. Semua terlihat romantis. Banyak para keluarga dari berbagai macam negara yang liburan disana. Dan juga, orang tua yang sudah sesepuh saling berpandangan dan berpegangan tangan saat melihat cahaya lampu. Suasananya begitu romantis, memang pas dan aman untuk liburan keluarga dan honeymoon jugaa.

Setelah tersesat di daerah Marina Bay, akhirnya kami menemukan whirlpool di dekat air mancur. Dimana ada mangkuk seukuran raksasa lalu dikasih air di mangkuk itu dan air itu berputar-putar lalu jatuh kebawah bolongan yang kecil. Rasanya, seperti meilhat wastafel ukuran raksasa. Kebetulan dibawahnya itu adalah mall Marina Bay Sands juga dan terdapat aliran sungai didalamnya. Di aliran sungai itu terdapat perahu kecil seperti canoe yang bisa ditumpangi. Benar-benar manusia-manusia kelewat kreatif. Setelah puas nonton air diputerin, kami menunggu pertunjukkan air mancur dimulai. Tepat jam 9 malam waktu Singapura, pertunjukkan air mancur pun dimulai. Aku takjub saat nada khas Cina, Melayu, Inggris, India diputarkan satu persatu. Benar-benar menggambarkan harmoni antar 4 ras yang berbeda. Air, lampu, laser dan nadanya benar-benar kompak. Susah dijelaskan bagaimana bisa percikan air itu menangkap sinar-sinar laser yang membentuk burung dan bunga-bunga yang indah. Wajar saja, jika banyak para bloggers yang menyarankan agar ke Marina Bay saat malam karena pertunjukkan air mancurnya yang luar biasa dan baru kulihat sebagus itu untuk pertama kalinya.

Setelah 15 menit, pertunjukkan pun usai. Kami pun buru-buru pulang ke hotel karena kaki sudah pegal pegal. Kami pun memutuskan naik MRT dan turun di Bugis Station. Kali ini, kami salah exit. Harusnya Exit di Victoria Street malah exit di Bugis Junction. Sebenernya sih sama aja cuma beda sisi. Tapi karena sudah malem, semua keliatan sama di mataku. Jalanan perempatan enggak ada bedanya disini. Kami mau bertanya, enggak tau harus bertanya ke siapa karena di jalan enggak ada polisi ataupun satpam apalagi security. Yang bikin kami takjub juga, sampe ga ada petugas keamanan.  Akhirnya kami bertanya kepada karyawan cafe. Eh ga taunya jalan yang kami pilih benar, tinggal lurus doang dikit, nyampe deh. Hedeh, beginilah kalo tanpa kuota internet dan google map. Nyasar terus wkwk.

Wahh... ternyata banyak sekali yang aku tulis disini dan petualanganku masih berlanjut. See you in Part 2 ya...
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Search This Blog

Embun yang Dingin / Lautan Cinta

  Berikut ada 14 bagian masa-masa Lay Zhang bersama EXO: Panas yang Hebat / Pertama kalinya aku diatas panggung Akhir dari Panas / Api Embun...

Daily Blogger Pro Review Competition

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.