Sabtu, 26 Januari 2019

Singapura: Empat Ras Satu Harmoni (Part 3)

Hari terakhir pun tiba, antara senang dan sedih tercampur jadi satu. Senang karena kembali ke Jakarta karena sudah tidak sabar makan makanan khas Indonesia, tapi sedih juga karena sudah dibuat nyaman dengan suasana yang tenang, rapi dan asri di negara ini hehe. Untuk kalian yang belum baca part sebelumnya, klik Part 1 dan Part 2.

Foto bersama Masjid yang pertama baru dibangun, Masjid Sultan (Source: Pribadi)
 5. Day-3
Karena hotel pilihan kami ada kolam renangnya di lantai paling atas, kami memutuskan pagi-pagi kesana. Di terik matahari yang hangat, kami mencuci kaki di pinggir-pinggir kolam renang yang dilengkapi dengan jacuzzi (pemandian air hangat). Alesan kami tidak berenang adalah waktu kita di Singapura terbilang sebentar dan kurang lama (he he), dan pakaian yang kami bawa tak banyak. Next time, kalau ada kesempatan mau nyobain jacuzzi disana. Pemandangan di atas juga enggak kalah cantik dan sejuk. Di depan kolam renang ada jalan Victoria Street yang sering kami lewati dengan pepohonan yang hijau di setiap pinggir jalannya. Sedangkan di belakang hotel kami, ada bangunan tua seperti di Kota Tua berjejer rapi layaknya seperti di Eropa.  Setelah puas berfoto-foto dan main air sekaligus sarapan, kami pun berjalan kaki mengelilingi daerah Bugis disekitar hotel.
Istana Kampong Glam (Source: Pribadi)

Destinasi pertama yang kami kunjungi adalah Istana Kampong Glam dimana istana Melayu bersemayam disana. Saat kami berjalan disana, banyak warung makanan disana yang menjual makanan khas Melayu bahkan ada juga Indonesia. Tapi sayang, jam 8 masih tutup wkwk. Ketika kami memasuki istana-nya, memang sangat sederhana namun tetap asri. Sebenarnya kami bisa saja memasuki istana-nya di dalamnya, sayang masih tutup haha. Enggak apa-apa lah bisa narsis dulu di depan istananya.
Masjid Sultan (Source: Pribadi)
Perjalanan kami berlanjut ke Masjid Sultan. Kali ini masjid-nya lebih cantik daripada sebelumnya. Masjid yang lebih besar yang dilengkapi dengan fasilitas lift ini dan juga kubah emasnya, exterior dan interiornya yang mewah membuat kami takjub. Awalnya kami hanya bisa melihat-melihat dari luar masjid karena tertulis pengunjung tidak boleh masuk karena masjidnya masih dibersihkan. Tetapi, ada laki-laki dengan wajah khas Melayu-nya menyapa kami dan meminta kami berwudhu (ia mengira kami ingin sholat). Kami pun melipir ke tempat wudhu sekaligus toilet disana. Layaknya seperti toilet di bandara Soetta, kami menemukan toilet dan tempat wudhu yang sangat bersih. Toilet disana benar-benar sudah update dengan push di dinding. Dan juga tempat wudhu khas disana adalah dengan shower dan juga tempat duduk di depannya. Pangling sekaligus takjub. Setelah itu, kami bergegas masuk ke dalam masjid. Wahh benar-benar luar biasa, mirip Masjid Kubah Emas. Saat kami masuk kedalam, kami disambut dengat layar interaktif dimana kami bisa mengetahui sejarah Masjid ini berdiri dan juga renovasi yang telah di lakukan selama ini. Usut punya usut ternyata masjid ini adalah masjid pertama yang dibangun di negara ini. Menariknya lagi adalah dulu pertama kali masjid ini dibangun mirip sekali masjid tua yang terbuat dari kayu di Indonesia. Ternyata yang membangun adalah orang Jawa yang berdagang disana. Untuk melihat fakta menariknya kalian bisa klik disini. Ada perasaan bangga ternyata orang Indonesia dulu pintar sekali berdagang dan sudah sampai kemana-mana dan juga bisa membangun masjid disana. Next, aku menemukan banyak tulisan-tulisan yang menjelaskan apa itu Islam? Mengapa Islam menghormati kepercayaan yang lain? dan masih banyak lagi. Yang menariknya disini ada suara panggilan adzan melalui headset. Wah, sudah tiga hari ini enggak dengerin adzan karena kamarnya di basement dan selalu naik MRT bawah tanah kemana-mana. I've never thought that I would miss this a lot.

Haji Lane (Source: Pribadi)
 Setelah puas di Masjid, kami pun pergi ke Haji Lane. Aku kira isinya pernak pernik barang Haji ternyata oh ternyata hanya toko biasa yang menjual pakaian jadul dan oleh-oleh khas Singapore seperti biasa. Tapi ada yang unik disini, toko-toko disini di cat kreatif dengan gambar artistik dan cocok buat foto-foto disana. Kami pun berfoto-foto disana hehe.

Then, kami pun kembali ke hotel untuk check out.Tak lupa uang deposit 100 SGD kami dikembalikan, hehe lumayan buat tambahan oleh-oleh nanti. Karena tempat selanjutnya kami masih mau belanja di daerah Mustafa Center, kami pun menitipkan koper kami di hotel tanpa biaya tambahan apapun. Kami pun berjalan keluar dari hotel menuju ke Mustafa Center sejauh hampir 1 km. Gemporrr nih kaki makin lama diajak jalan jauh tiga hari penuh wkwk. Perutku tumbenan sudah lapar padahal sudah sarapan tadi, heu mungkin sarapannya kurang berfaedah tadi pagi wkwk.
Mustafa Center (Source: Pribadi)
Sesampainya di Mustafa Center, kami masuk kedalam mall-nya. Sebenarnya Mustafa Center ini adalah mall besar terlengkap dan termurah dari barang elektronik, perlengkapan mandi, jajanan dan masih banyak lagi deh. Bahkan aku disana menemukan kerupuk-kerupuk khas Indonesia, pengen beli tapi sayang masih murahan di Jakarta haha. Akhirnya aku dan temanku membeli oleh-oleh yang lain. Yang paling khas oleh-oleh di Singapura adalah cokelat. Yah walaupun bentuknya doang yang menyerupai Merlion khas Singapore, tapi tetep aja cokelatnya dibuat di Malaysia. Kami tertipuu wkwk. Anyway, beli-beli juga akhirnya haha. Ada hal yang unik juga saat aku mencari Yoghurt, eh malah ketemu Yakult dengan ukuran yang tidak biasa. Kalau di Indonesia isi 6 kecil-kecil. Ini isi 5 dan satu botolnya isi 100ml. Waaa, jadi keinget dirumah pasti doyan ini, langsung beli satu. Tak banyak oleh-oleh yang aku beli, yang penting cukup. Cukup di kantong hahaha.
Sri Veeramakaliamman Temple (Source: Pribadi)
Puas berbelanja, kami pun melipir ke Little India. Saat memasuki kawasan Little India, di atas jalan raya ada gambar orang, gajah dan sapi khas India. Kami pun sampai di Sri Veeramakaliamman Temple dimana tempat orang India beribadah. Hampir mirip Temple yang berada di Chinatown, tapi ini lebih ramai dan penuh dengan suara terompet khas India yang ditiup dengan kencangnya. Kali ini kami bisa mengambil foto di dalamnya. Tapi, tetap saja karena banyak sekali patungnya jadi takut sendiri, takut ntar tiba-tiba loncat dan hidup hehe. Hanya sebentar kami disana, karena perut kami benar-benar lapar. Nyari sana kemari engga ada restoran yang pas, akhirnya kami pun naik MRT dari stasiun Little India ke stasiun Bugis.

Perjalanan terakhir ini, bisa dibilang sangat melelahkan. Dari perut keroncongan tapi lidah sudah kangen berat sama masakan Indonesia dan barang belanjaan kami yang yah agak berat. Kami pun memutuskan makan makanan KFC dengan harapan nasi dan ayamnya sama kayak di Indonesia. Dannn apa yang terjadi bung, menu-nya beda banget dan maahalll hahaha. Kami pun membeli ayam 2 potong ditambah sup jamur dan sayur-sayuran plus minuman cola seharga 8 SGD. Lalu, ditambah 2 porsi nasi seharga 2 SGD. Oke, Colanya sama kayak  di Indonesia, tapiii lagi-lagi rasa ayam dan nasinya aneh. Lain kali kalo mau travelling ke luar negeri bawa abon atau peyek dah ah. Bener-bener menyebalkan. Kenyang sih tapi enggak puas di lidah.
Bugis Street (Source: Pribadi)
Setelah makan, kami pun lanjut belanja baju di Bugis Street. Kirain ya bakalan murah, eh engga taunya ngalah-ngalahin merk baju Zara dan kawan-kawannya yg ada di mall gede. Rata-rata baju disana mahal-mahal jualinnya. Aku yang mau beli jadi malas dan juga model-modelnya untuk wanita berkerudung sepertiku pasti mahal banget. Skip, aku cuma lihat-lihat aja deh kecuali temenku beli baju untuk adiknya. Setelah capek naik-turun, akhirnya kami beristirahat dan makan es krim. Kebetulan ada es krim Walls Sandwich disana, mengingatkanku dengan Tanah Air. Saat aku lihat dibelakang keemasannya, akhirnya ada makanan yang dari Indonesia. Aku makan dengan lahap karena rasanya sama kayak di Indonesia.
Penampakan di depan Hotel (Source: Pribadi)
Sudah puas berbelanja, kamipun meluncur ke hotel untuk mengambil koper. Sempat temanku mengajakku ke Pasir Ris untuk beli album favoritnya dia. Tapi, serius aku benar-benar lelah. Kakiku minta demo kalau harus jalan kaki lagi. Finally, kami pun langsung cabut ke Changi Airport dengan menggunakan MRT. Setelah sampai, kami mengembalikan kartu Tourist Pass kami untuk mendapatkan deposit 10 SGD. Yeayy, pemasukan wkwk. Kami pun mencari terminal 1 dan diarahkan ke kereta cepat menuju kesana tanpa membayar sepeserpun. Ada kejadian yang lucu saat kami di Terminal 1. Temanku bertanya kepadaku tentang penukaran uang dilakukan sekarang atau pas di Bandara Soetta, dengan entengnya aku jawab terserah. Kami pun akhirnya menukarkan uang sebelum Check-in pesawat. Kukira dia sudah paham untuk menyisakan beberapa uang SGD kalau nanti ada apa-apa. Dan, ternyata dia kasih semua uang SGD yang dia punya ke money exchanger. Aku bingung, pengen bilangin tapi duitnya udah dikasih duluan. Alhasil setelah check-in pesawat, kami berdua lapar. Aku hanya menyisakan 5 SGD di dompet yang hanya cukup makan satu porsi. Sempat kami menertawakan kebodohan kami berdua haha. Untungnya di koper, dia masih ingat ada sisa 50 SGD didalamnya haha. Kami pun tidak jadi kelaparan di bandara. Aku pun menyarankan untuk membeli SubWay. Restoran sandwich yang terkenal di Korea dan slalu muncul di drama-drama (emang dasar bucin). Cukup mahal karena kami memesan porsi seharga 6.80 SGD haha saking penasaran rasanya kayak gimana. Sandwich dengan roti lembut khas Italia yang didalamnya berisi ayam teriyaki, sayur kol, dan tomat ditambah saus BBQ, mayonaise dan saos pedas menjadi makanan terenak yang pernah kucoba, kecuali ayamnya. Tetep sama aneh rasanya, sedangkan sayur-sayurannya benar-benar fresh dan bikin nambah lagi dan lagi. Sayang bung, baru separoh sandwich ukuran lumayan besar ini sudah membuatku kenyang. Akhirnya, aku simpan untuk dimakan lagi saat di bandara Soetta.
Foto di depan Social Tree, yeay (Source: Pribadi)
Waktu kami untuk berangkat tinggal beberapa jam lagi. Sengaja datang lebih awal ke Changi airport karena kami mau mainan di bandara. Dan mainan di Terminal 1 adalah Social Tree. Cocok dan pas banget buat foto-foto alay dan dipajang di Social Tree wkwk. Jadi disana tersedia kamera dan screen untuk berfoto ria. Lalu, tinggal klik untuk jepret foto dan edit. Setelah itu kirim ke email dan geser keatas untuk memindahkan foto ke Social Tree. Di pohon itu ada layar yang gede banget dan tadaaa foto yang di edit tadi sudah terpampang jelas di layar tersebut.

Puas mainan di Social Tree, dan berfoto-foto ria di daerah lobby terminal 1. Kami pun cus ke tempat waiting room. Tapi ada yang janggal dengan tiket pesawatnya. Belum tertera nomer Gate berapa pesawat kami menaikkan penumpang. Akhirnya kami pun bertanya kepada staff informasi disana. Staff berwajah berwajah khas Chinese pun memberikan kami nomer Gate-nya. Ada yang lucu saat aku bertanya dengan staffnya. Aku bertanya dengan bahasa Inggris, namun dia jawab dengan Bahasa Melayu/Indonesia dengan logat Chinese-nya yang kental. Dia mengingatkanku dengan teman Taiwanku, pengucapan bahasa Indonesia-nya mirip sekali dengan mbak staffnya. Benar-benar imut.

Kami pun akhirnya menemukan Gatenya dan terbang ke Indonesia dengan selamat. Sesampai bandara, aku dan temanku agak pangling dengan udara Jakarta yang terasa: SUMPEK dan berpolusi. Waduuu, giliran sudah terbiasa dengan udara bersih Singapura, nyampe Jakarta harus penyesuaian lagi wkwk.

Perjalanan travelling pertama kali ke luar negeriku sangat berkesan dan bener-bener terasa liburannya. Semua terasa asing dan baru, tapi kami sangat menikmatinya. Enggak kapok deh jalan-jalan ke Singapura untuk traveler pemula. Aman dan sangat berkesan. Andai teman Singapura-ku masih tinggal disana, akan lebih seru lagi hihi. Karena selama kami perjalanan, dia terus mengirimi aku DM di IG dan memberikanku saran tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi, juga mengingatkanku untuk berhati-hati dengan tasku saat di tempat ramai. She's like my third mom, thank you very much for her kindness. Sampai jumpa lagi di cerita travelling selanjutnya, byebye.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Search This Blog

Embun yang Dingin / Lautan Cinta

  Berikut ada 14 bagian masa-masa Lay Zhang bersama EXO: Panas yang Hebat / Pertama kalinya aku diatas panggung Akhir dari Panas / Api Embun...

Daily Blogger Pro Review Competition

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.